Bisnis.com, KULON PROGO - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih mengedepankan pembangunan sektor pertanian berbasis agro dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2017-2022.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan pertanian berbasis agro bebas adanya permainan kartel dan mampu menggerakan ekonomi masyarakat kecil.
"Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2017-2022 tidak melupakan sektor agro gula merah. Karena ada 5.000 kepala keluarga miskin di sana. Gula merah merupakan komoditas yang tidak ada kartelnya," kata Hasto di Kulon Progo, Kamis (28/9/2017).
Ia mengatakan dunia sulit memproduksi guka merah karena harus dikerjakan secara manual, dan prosesnya harus memanjat hingga memasak. Thailand sebagai negara agraris juga enggan memproduksi, kecuali Filiphina.
Menurut Hasto, gula merah merupakan gula sakti. Kalau ada kebijakan larangan mengeskspor gula merah, pasti banyak negara memimta ke Indonesia. Sehingga, gula merah memiliki nilai ekonomis tinggi.
"Untuk itu, pembangunan itu harus berbasis ideologi. Kami selalu menerapkan ideologo bela beli Kulon Progo," katanya.
Sebelumnya, Manajer KSU Jatirogo Theresia Eko Setyowati mengatak produksi nira atau gula merah ada dua macam, ada yang hanya cocok dibuat gula cetak dan gula semut.
Hal ini disebabkan kualitas kurang bagus dibuat gula semut. Kondisi cuaca kadang panas, kadang hujan menyebabkan produksi nira tidak bisa maksimal. Bahkan, saat ini hujan berhenti lama. "Produksi gula semut di Kulon Progo turun drastis, sehingga petani nira paceklik pendapatan," katanya.
Untuk itu, lanjut Eko, pihaknya sudah mengkomunikasikan kepada pihak partner bisnis, bahwa pihaknya tidak mampu memenuhi pesanan di atas lima ton. Kalau pun masih ada produk gula semut, hanya cukup memenuhi permintaan dalam negeri atau pasar lokal.