Bisnis.com, JAKARTA – PT Angkasa Pura I (Persero) masih menanti hasil investigasi atas insiden jatuhnya tangga pesawat Batik Air yang terhempas oleh Jetblast Garuda Indonesia di Bandara Ahmad Yani, Semarang pada Senin (9/10) kemarin.
Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I (Persero), Israwadi mengatakan insiden tersebut memang telah mengakibatkan 8 orang luka-luka dan 1 penumpang mengalami shock. Dia menyatakan saat ini masih ada 4 orang yang tersisa di RS Colombia Asia, Semarang, untuk menjalani perawatan.
“Saat ini yang sudah dapat kembali dari rumah sakit sekitar 5 orang. Termasuk yang shock tersebut,” kata Israwadi saat dikonfirmasi Bisnis, Selasa (10/10).
Israwadi menyebut bahwa Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih melakukan investigasi. Oleh sebab itu pihak AP I belum bisa mengeluarkan komentar apapun karena menunggu hasil investigasi untuk diolah sebagai rekomendasi dan saran bagi pengelola sendiri ataupun maskapai terkait.
“Lama dan waktu investigasi merupakan kewenangan tim KNKT saja,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa AP I selaku operator Bandara Ahmad Yani telah menanggung semua biaya rumah sakit bagi korban penumpang. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan asuransi mengingat setiap bandara sudah emmiliki asuransi kecelakaan untuk penumpang.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait belum bisa memberikan konfirmasi apapun kepada Bisnis terkait insiden penabrakan di Bandara Ahmad Yani tersebut. Dia mengaku bahwa pihak yang sebaiknya memberikan penjelasan kejadian beserta evaluasi adalah operator terkait.
Ketua Indonesian National Air Carriers Association Bidang Penerbangan Berjadwal Bayu Sutanto mengatakan manajemen lahan parkir atau apron dan aircraft movement control (AMC) merupakan tanggung jawab operator bandara dan maskapai. Menurutnya hanya saat ini mungkin masih kurang dipahami pihak bandara adalah bahwa setiap jenis pesawat mempunyai karakteristik yang spesifik termasuk jangkauan Jetblast Garuda.
Untuk kasus di Bandara Ahmad Yani, dia menilai bahwa pesawat Garuda dengan jenis Bombardier CJ1000 nomor penerbangan GA 365 mempunyai posisi engine yang di atas pada bagian belakang pesawat. Hal ini mengakibatkan jetblast yang dihasilkan akan lebih tinggi daripada jetblast Boeing 737, misalnya, yang mana porsi enginenya lebih rendah di bagian sayap.
“Mestinya, setiap operator bandara punya AFM [aircraft flight manual] untuk semua type pesawat yang landing dan take off. Sehingga, bisa menyiapkan prosedur parkir, dan taxi yang safe atau aman bagi semua tipe pesawat,” jelas Bayu.
Dia menambahkan, bahwa kejadian sejenis pernah terjadi di bandara lain yang mengakibatkan kaca terminal pecah. Hal ini terjadi karena petugas AMC bandara tidak memahami karakteristik setiap tipe pesawat yang dilayani.
Sebagai informasi, Otoritas Bandara III melaporkan kronologi kejadian penabrakan pesawat JetBlast Garuda Indonesia dengan rute Surabaya-Semarang terjadi pukul 15.41 WIB. Adapun Captain Pilot Samuel Gasperzi hendak berbelok menuju lahan parkir nomor 8. Namun pesawat JetBlast itu lantas menabrak pesawat Batik Air Airbus A320 yang dikepalai oleh Captain Suwandi Djikdjaja.
Pesawat dengan nomor penerbangan ID6355 yang tengah melaksanakan proses final boarding mencapai 70% di parking stand nomor 3, menggunakan dua tangga. Adapun tangga pesawat Batik Air bagian belakang terhempas JetBlast dan roboh hingga melukai 6 petugas porter, 1 petugas AMC, dan 1 penumpang Batik Air yang sedang menaiki tangga.