Bisnis.com, SEMARANG—Sebanyak tujuh pabrik pasta ikan (surimi) di jalur Pantura Jateng, diminta diversifikasi bahan baku untuk menyiasati minimnya hasil tangkap ikan akibat pelarangan cantrang sejak tahun lalu.
Ketujuh pabrik surimi selama ini mengandalkan para nelayan cantrang saat mencari pasokan bahan baku di lautan lepas. Pemilik pabrik surimi kini hampir bangkrut dan hanya bisa mengandalkan stok sisa bahan baku.
"Ketimbang mereka tidak membuka usaha lagi maka kenapa tidak dilakukan perluasan ruang lingkup produksi. Sebab, kita tahu kualitas surimi terbaik di dunia berasal dari Indonesia. Kualitasnya jauh di atas Vietnam Kamboja maupun Thailand," ungkap Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Jawa Tengah, Gatot R Perdana Minggu (21/1/2018).
Ketujuh pabrik surimi yang dimaksud antara lain, PT Bluesea Industry di Pekalongan, PT Bintang Karya Laut di Rembang, PT Holimina Jaya di Rembang, PT Indoseafood di Rembang, PT Namkyung di Rembang, PT Sinar Bahari Agung di Kendal dan PT Sinar Mutiara Abadi di Rembang.
Karena itulah, pihaknya belum lama ini mengundang tujuh pabrik surimi untuk menggali diversifikasi bahan baku. Beberapa alternatif bahan baku ditawarkan mulai rajungan, ikan tenggiri, cumi dan udang.
"Mereka rupanya tertarik beralih ke bahan baku tersebut untuk memacu kinerja ekspornya," terangnya.
Pabrik surimi tersebut sejak lama menjalin kerja sama ekspor dengan pihak BKIPM Jawa Tengah. Gatot mengaku tetap mendukung peningkatan ekspor dengan proses diversifikasi bahan baku.