Bisnis.com, SRAGEN—Pabrik Gula (PG) Mojo, Sragen, menargetkan rendemen giling tebu pada 2018 mencapai 7,2%-7,5% atau setara dengan produksi gula 7.000-an ton.
Rendemen tersebut meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata 6%. Sementara Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Sragen menilai rendemen gula pascarevitalisasi mestinya di atas 8%.
Manager PG Mojo Sragen, Ersetiyoso H.S., saat ditemui wartawan di PG Mojo, Senin (7/5/2018), mengatakan PG Mojo merencanakan giling 300.000 ton tebu dengan harapan rendemen 7,2%-7,5%.
Dengan rendemen tersebut, Ersetiyoso menargetkan produksi gulanya mencapai 7.000-an ton. Sebelum giling manajemen PG Mojo melakukan ritual adat untuk melestarikan budaya yang dimulai dengan pembakaran ketel pada Rabu (2/5) lalu.
Selain itu ada selamatan di Stasiun Giling pada Minggu (6/5) malam dengan meletakkan kepala kerbau di bagian atas mesin giling. Pada Minggu malam dilakukan doa bersama anak yatim. Pada Senin siang, PG Mojo mengundang mitra untuk meminda doa restu agar proses giling lancar.
“Pada musim giling kali ini, kami memang tidak menggelar pasar malam atau cembengan karena kondisi pabrik belum bersih dan proyek revitalisasi diperkirakan selesai pada Juni-Juli mendatang. Tradisi cembengan masih ada setelah proyek revitalisasi selesai. Untuk tebu temanten tetap ada tetapi prosesnya dibarengkan menjelang giling pertama,” ujarnya.
Peralatan hasil revitalisasi, kata dia, akan dites secara individual dan umum (general test) pada 15-18 Mei mendatang. Ersetiyoso menjelaskan kalau hasil tes baik maka direksi segera menentukan waktu awal giling.
PG Mojo berani menarget rendemen 7,2%-7,5% itu karena proses gilingnya menggunakan mesin elektrik sehingga lebih efisien.
Dia merencanakan adanya comisioning atau menggabungkan peralatan lama (exiting) dengan peralatan hasil revitalisasi pada Juli atau awal Agustus. “Bila berhasil maka kapasitas PG Mojo bisa mencapai 4.000 ton per hari. Padahal tahun sebelumnya hanya 2.500 ton per hari. Proyek revitalisasi PG Mojo menelan dana Rp225 miliar yang dimulai pada 2017-2018 ini,” tuturnya.
Peralatan giling baru hasil revitalisasi banyak, mulai dari pisau tebu, penggerak gilingan elektrik pada penggilingan 1 dan 4 sementara penggiliran 2 dan 3 masih menggunakan turbin. Beberapa peralatan baru ada semua di bagian penguapan, masak, pemurnian, sampai stasiun terakhir.
“Untuk kebutuhan bahan baku di Sragen masih mencukupi karena potensinya ada 500.000 ton tebu sedangkan kebutuhan kami 300.000 ton tebu. Kami ingin mengembalikan kepercayaan petani ke PG Mojo. Semboyan kami, bangkit, sukses, dan the best,” katanya.