Bisnis.com, SEMARANG — Libur Lebaran yang ditetapkan pemerintah pada 11-20 Juni 2018, diyakini tidak akan banyak berpengaruh pada aktivitas produksi industri di Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengatakan, penambahan cuti bersama Lebaran sebanyak 3 hari oleh pemerintah hanyalah bersifat fakultatif. Dalam hal ini, menurutnya, perusahaan dan karyawan berhak memanfaatkan libur tambahan tersebut ataupun tidak.
“Tidak akan berpengaruh banyak, dan masih akan seperti tahun-tahun sebelumnya. Para pengusaha pada dasarnya punya beberapa pilihan agar produksi mereka tetap berjalan seperti menambah lembur,”ujarnya, Selasa (15/5).
Menurut Kongi para pengusaha pun tidak akan khawatir rantai pasok produksi, berupa bahan baku akan terganggu lantaran panjangnya masa libur Lebaran. Keputusan pemerintah yang mengumumkan keputusan libur Lebaran di jauh-jauh hari, dinilainya cukup membantu para pengusaha dalam menentukan perencanaan.
Hal serupa dikatakan oleh General Manager PT Sandang Asia Maju Abadi, Deddy Mulyadi Ali. Menurut pria yang juga menjabat sebagai Wakil Apindo Jateng itu, panjangnya durasi libur Lebaran tahun ini, telah banyak disiasati oleh para pelaku industri besar di Jateng, terutama di sektor garmen dan tekstil.
Para pelaku di sektor tersebut, lanjutnya, telah melakukan peningkatan stok barang yang siap didistribusikan sejak bulan lalu. Pasalnya, momentum libur Lebaran adalah salah satu peluang untuk meningkatkan omzet perusahaan.
“Stok untuk Lebaran, mayoritas sudah ada di pabrik-pabrik. Libur panjang tidak jadi masalah. Yang jadi masalah adalah ketika distribusi barang kami tersendat karena macet di jalan akibat arus mudik,” ujarnya.
Di sisi lain, Deddy meyakni aktivitas ekspor produsen tekstil dan garmen dari Jateng akan terkoreksi, lantaran pengusaha telah lebih siap dalam menyediakan pasokan barang.
Pasalnya, menurut Kepala bidang Statistik dan Distribusi BPS Provinsi Jateng Sri Herawati apabila melihat tren pada beberapa tahun terakhi periode Mei dan Juni merupakan titik balik kenaikan ekspor di Jateng, setelah mengalami pelemahan pada Maret-April.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng merilis, nilai ekspor pada April 2018 mencapai US$561,83 juta atau turun 1,70% secara month to month (mtm). Sementara itu apabila dibandlngkan dengan April 2017 (year on year/yoy) ekspor naik US$108,90 juta atau lebih tinggi 24,4%.
“Kami melihat trennya memang seperti ini dari tahun ke tahun, April biasanya turun ekspornya. Tetapi nanti Mei dan Juni trennya biasanya kembali naik ekspornya,” ujarSri.