Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PPDB SMA Jateng Sisakan 233 Kursi Kosong

Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jawa Tengah tahun ajaran 2018/2019 menjaring 113.092 siswa atau 99,8 persen dari total kuota 113.325 kursi yang tersedia.
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Bisnis.com, SEMARANG - Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Menengah Atas  (SMA) di Jawa Tengah tahun ajaran 2018/2019 menjaring 113.092 siswa atau 99,8 persen dari total kuota 113.325 kursi yang tersedia.

Proses penjaringan calon siswa iPPDB SMA di Jawa Tengah telah ditutup Jumat (5/7/2018) dan pengumuman hasil seleksi akan dilakukan besok, Rabu (11/7/2018).

Jasman Indradno, Perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng sekaligus Kepala BP2KM Surakarta,  mengatakan dari kuota PPDB SMA sebanyak 113.325 anak, yang telah terdaftar baru ada 113.092 calon siswa.

"Di Jateng untuk pendaftaran jumlahnya ada 113.092 anak. Itu masih kurang dengan kuota yang ditetapkan, kuotanya ada 113.325 anak untuk seluruh siswa SMA Negeri di Jateng," kata Jasman Indradno, Senin (9/7/2018).

Dijelaskan Jasman, sedangkan untuk pendaftar yang menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) ada sebanyak 62.000 anak yang kemudian akan dilakukan penyaringan dengan kuota yang ada.

"Ini akan disaring karena apabila daya tampung 100 dan pendaftar 150 maka dilakukanlah seleksi dari nilai akhir," jelasnya.

Ditambahkan, dari total penerimaan siswa miskin pada PPDB kali ini, total ada sebanyak 23.5%. Jumlah ini dirasa cukup banyak namun Pemprov terus menyeleksi beberapa siswa miskin tersebut.

"Siswa miskin yang diterima masih rasional, ada 23.5% untuk seluruh Jateng. Cuma yang jadi persoalan tidak merata, di daerah ada yang tidak merata ada yang 90% miskin dan ada juga 80% miskin," ucapnya.

Dia melanjutkan, dari hasil verifikasi data peserta pendaftar yang menggunakan SKTM. Pihaknya juga telah melakukan diskualifikasi kepada 500 anak karena telah memberikan SKTM yang tidak sesuai dengan kondisi ekonominya.

"Yang dicoret ada 500 orang, angkanya masih naik turun karena masih mencurigai yang asli tapi palsu [aspal] ada yang ngaku miskin," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper