Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Tekstil Jateng Masih Jadi Andalan

Dari tiga kelompok komoditas yang menjadi penyumbang impor tertinggi Jawa Tengah sepanjang periode Januari-Agustus 2018, hanya tekstil yang mampu mengimbangi dari sisi ekspor sekaligus mencetak surplus.
Pabrik tekstil Sritex di Jawa Tengah./Antara-R. Rekotomo
Pabrik tekstil Sritex di Jawa Tengah./Antara-R. Rekotomo

Bisnis.com, SEMARANG -- Dari tiga kelompok komoditas yang menjadi penyumbang impor tertinggi Jawa Tengah sepanjang periode Januari-Agustus 2018, hanya tekstil yang mampu mengimbangi dari sisi ekspor sekaligus mencetak surplus.

Tekstil, migas, serta mesin dan perlengkapan semacamnya menjadi tiga kelompok komoditas penyumbang impor terbesar di Jawa Tengah (Jateng). Impor migas di provinsi ini sepanjang delapan bulan pertama 2018 mencapai US$3,92 miliar, disusul mesin sebesar US$1,55 miliar, dan tekstil US$1,45 miliar.

Namun, berbeda dengan tekstil yang memiliki pasar ekspor luas dan bahkan menjadi unggulan, ekspor migas serta mesin dari Jateng masih jauh di bawah nilai impornya. Alhasil, migas dan mesin menjadi penyumbang defisit terbesar berdasarkan kelompok komoditas.

Sepanjang Januari-Agustus 2018, ekspor tekstil dan barang tekstil mencapai US$1,92 miliar, sehingga kelompok komoditas tersebut secara keseluruhan mencetak surplus sebesar US$466,54 juta.

Sementara itu, ekspor migas hanya US$127,42 juta, sehingga defisitnya mencapai US$3,79 miliar. Untuk mesin, ekspornya senilai US$241,27 juta, sehingga masih ada defisit US$1,31 miliar.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng Arif Sambodo mengatakan saat ini, tekstil menjadi salah satu komoditas yang diandalkan untuk menjaga neraca perdagangan Jateng, setidaknya agar defisit tidak kian melebar.

Dia berharap sektor komoditas lain bisa bangkit untuk ikut menopang neraca perdagangan Jateng yang sepanjang Januari-Agustus 2018 defisit US$5,34 miliar.

"Sepanjang untuk bahan baku atau barang modal impor, kami tidak terlalu masalah. Namun, kami tentunya tetap mendorong agar industri substitusi juga tumbuh," ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lucky Leonard
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper