Bisnis.com, SEMARANG - Defisit neraca perdagangan Jawa Tengah sepanjang tahun ini kian melebar setelah kembali mengalami defisit senilai US$921,37 juta pada Oktober 2018.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Jateng pada Oktober 2018 senilai US$579 juta atau naik 8,17% dibandingkan dengan ekspor pada September 2018 senilai US$536,12 juta. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu pun ekspor Jateng tercatat meningkat 9,51%.
Adapun secara kumulatif, ekspor Jateng sepanjang periode Januari-Oktober 2018 telah mencapai US$5,5 miliar atau naik 11,29% dari ekspor pada periode yang sama tahun lalu senilai US$4,95 miliar.
Sementara itu, nilai impor Jateng pada Oktober 2018 mencapai US$1,5 miliar atau naik 26,76% dibandingkan impor pada September 2018 yang senilai US$1,18 miliar. Secara year on year, kenaikan impor Oktober 2018 bahkan mencapai 41,95%.
Secara kumulatif, impor Jateng sepanjang Januari-Oktober 2018 telah mencapai US$12,42 miliar atau melonjak 47,56% dibandingkan dengan impor pada periode yang sama tahun lalu senilai US$8,41 miliar.
Dengan hasil tersebut, sepanjang periode Januari-Oktober 2018 defisit neraca perdagangan Jateng telah mencapai US$6,91 miliar. Nilai tersebut bahkan lebih tinggi dari defisit neraca perdagangan nasional yang tercatat senilai US$5,51 miliar.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Arjuliwondo mengatakan komoditas mineral, mesin, serta barang-barang tekstil mendominasi impor Jateng. Dia menuturkan, berdasarkan statistik, kinerja ekspor Jateng masih sulit mendekati impor.
"Dari statistik terlihat terus melebar. Utamanya dari migas. Kalau nonmigas potensi untuk mengikis defisit masih terlihat," katanya, Kamis (15/11/2018).