Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Status Desa di Jateng Membaik

Provinsi Jawa Tengah berhasil membukukan perbaikan status desa dengan ditandai oleh berkurangnya jumlah desa tertinggal sekaligus meningkatnya jumlah desa mandiri.
Pekerja menjemur kerupuk mie kuning di rumah industri kerupuk Desa Harjosari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/12/2018). Pemerintah menargetkan subsidi kredit usaha rakyat (KUR) dalam RAPBN 2019 mencapai Rp 12,2 triliun./ANTARA-Oky Lukmansyah
Pekerja menjemur kerupuk mie kuning di rumah industri kerupuk Desa Harjosari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/12/2018). Pemerintah menargetkan subsidi kredit usaha rakyat (KUR) dalam RAPBN 2019 mencapai Rp 12,2 triliun./ANTARA-Oky Lukmansyah

Bisnis.com, SEMARANG-- Provinsi Jawa Tengah berhasil membukukan perbaikan status desa dengan ditandai oleh berkurangnya jumlah desa tertinggal sekaligus meningkatnya jumlah desa mandiri.

Berdasarkan data indeks pembangunan desa (IPD) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi pengurangan 79 desa tertinggal di Jateng menjadi 44 desa atau 0,56% pada 2018 dibandingkan dengan 2014 sebanyak 123% atau 1,58%.

Sementara itu, desa mandiri bertambah sebanyak 468 desa dari 665 desa atau 8,52% menjadi 1.133 desa atau 14,51%.

Adapun desa berkembang berkurang sebanyak 389 desa dari 7.021 desa atau 89,9% menjadi 6.632 atau 84,93%.

Secara nasional, desa tertinggal sebanyak 14.461 desa atau 19,17%, desa berkembang sebanyak 55.369 desa atau 73,4%, dan desa mandiri sebanyak 5.606 desa atau 7,43%. Dengan kata lain angka perkembangan pembangunan desa di Jateng masih lebih tinggi dari angka nasional.

Secara keseluruhan, IPD Jateng pada 2018 mengalami kenaikan dibandingkan dengan IPD 2014. IPD Jateng pada 2018 tercatat sebesar 67,37. Nilai tersebut naik 2,54 poin dari IPD 2014 yang sebesar 64,83.

IPD tersebut disusun dari dari lima dimensi, yang terdiri dari 12 variabel dan 42 indikator. Secara umum, hampir semua dimensi penyusun IPD Jateng mengalami kenaikan. Hanya indeks pelayanan dasar yang mencatatkan penurunan tipis dari 67,86 pada 2014 menjadi 66,9 pada tahun ini.

"Indikator yang menyebabkan dimensi pelayanan dasar turun dibanding 2014 adalah ketersediaan dan kemudahan akses ke poskesdes atau polindes, ke tempat praktik bidan, dan ketersediaan dan akses ke TK dan SD sederajat," tutur Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono, Senin (17/12/2018).

Adapun dimensi penyelenggaraan pemerintah desa menempati posisi tertinggi dalam penyusun IPD di Jateng dengan 82,53. Nilai tersebut melonjak hingga 7,61 poin dibandingkan dengan posisi empat tahun sebelumnya yang sebesar 74,92.

Dimensi lainnya yang mengalami kenaikan indeks adalah kondisi infrastruktur, pelayanan umum, dan transportasi.

"Indikator yang mengalami kenaikan tertinggi adalah kualitas sumber daya manusia sekretaris desa pada dimensi pemerintahan desa, kemudahan pengiriman pos atau barang pada dimensi kondisi infrastruktur, waktu yang ditempuh menuju kantor camat pada dimensi transportasi, ketersediaan fasilitas olahraga pada dimensi pelayanan umum, serta ketersediaan dan kemudahan akses ke apotek pada dimensi pelayanan dasar," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lucky Leonard
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper