Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Guguran Lava Gunung Merapi 30 Kali Sehari, Luncuran Hingga 600 Meter

Masyarakat lereng merapi diimbau untuk tetap tenang dan tidak beraktivitas pada radius tiga kilometer dari puncak merapi.
Pengunjung mengabadikan puncak Gunung Merapi yang mengeluarkan asap putih dari kawasan Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Senin (7/1/2019). Menurut data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, terjadi peningkatan pertumbuhan kubah lava pada 3 Januari 2019 sebesar 415.000 meter kubik dibandingkan 27 Desember 2018 sebesar 389.000 meter kubik, dengan laju pertumbuhan rendah./Antara-Aloysius Jarot Nugroho
Pengunjung mengabadikan puncak Gunung Merapi yang mengeluarkan asap putih dari kawasan Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Senin (7/1/2019). Menurut data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, terjadi peningkatan pertumbuhan kubah lava pada 3 Januari 2019 sebesar 415.000 meter kubik dibandingkan 27 Desember 2018 sebesar 389.000 meter kubik, dengan laju pertumbuhan rendah./Antara-Aloysius Jarot Nugroho

Bisnis.com, YOGYAKARTA – Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava mencapai 30 kali dalam sehari dengan jarak luncuran antara 200 hingga 600 meter. Meski intensitas guguran akhir-akhir ini sering terjadi, namun Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY belum berencana menaikkan status merapi.

Masyarakat lereng merapi diimbau untuk tetap tenang dan tidak beraktivitas pada radius tiga kilometer dari puncak merapi.

Kasi Gunung Merapi BPPTKG DIY Agus Budi Santoso menjelaskan pasca terjadi guguran lava dengan jarak luncuran sejauh 1,2 kilometer pada Jumat (4/1) malam lalu, guguran terjauh yang terjadi hanya 600 meter.

Ia mengatakan saat ini rata-rata guguran mencapai 30 kali setiap harinya namun tidak semuanya dapat terpantau karena sangat tergantung kondisi cuaca.

"Kalau jumlah guguran ada banyak, sekitar 30-an kali, tetapi yang teramati hanya beberapa, seringnya sih [jarak luncuran guguran] hanya 200 meter, ada 300 meter," ungkapnya Senin (7/1/2018).

Ia menambahkan dengan jarak luncuran lava yang tidak lebih dari satu kilometer itu masih sangat aman karena material tidak sampai ke hulu Sungai Gendol. Melainkan hanya di meluncur di seputar kawah bahkan lebih banyak di dalam kawah. Belum ada aktivitas merapi saat ini yang berimplikasi pada peningkatan ancaman bahaya ke penduduk. Sehingga rekomendasi daerah bahaya masih pada radius tiga kilometer.

Ia memastikan aktivitas saat ini belum memenuhi kriteria untuk peningkatan status, sehingga merapibmasih pada status waspada. "Selama itu belum berubah ya belum ada evaluasi," katanya.

Aktivitas guguran yang tergolong dominan, lanjutnya, masih dalam taraf wajar karena sedang dalam pertumbuhan kubah lava. Ia mengimbau kepada warga di sekitar lereng merapi agar tetap beraktivitas seperti biasa tidak perlu panik atau takut. Karena erupsi merapi saat ini lebih cenderung lemah dibandingkan erupsi sebelumnya.

"Erupsi saat ini justru kembali pada erupsi lama, yang selama ini masyarakat sekitar lereng sudah mengenal, insyaallah masyarakat tahu bahwa erupsi semacam ini tidak berbahaya," ucapnya.

Kepala BPPTKG DIY Hanik Humaida menyatakan dalam sepekan ini aktivitas kegempaan tercatat antara lain, gempa guguran sebanyak 221 kali, gempa tektonik 11 kali, gempa dengan frekuensi rendah sebanyak enam kali. Kemudian gempa embusan tercatat 10 kali, gempa vulkanik dangkal terpantau enam kali dan terhitung ada 10 kali gempa dalam fase banyak.

"Kegempaan VTB [vulkanik dangkal] dan MP [fase banyak] pekan ini memang lebih tinggi dari pekan sebelumnya," ujarnya.

Hanik mengatakan berdasarkan foto dari sektor tenggara yang telah dianalisis, menunjukkan adanya perubahan morfologi berupa pertumbuhan kubah lava. Volume kubah lava per 3 Januari 2019 mencapai 415.000 meter kubik dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 3.800 meter kubik per hari. Pertumbuhan itu masih sangat rendah dan tergolong stabil karena di bawah 20.000 meter kubik per hari.

Selain itu tidak terjadi perubahan tubuh gunung berdasarkan pemantauan deformasi menggunakan electronic distance measurement (EDM) dan global positioning system (GPS).

"Emisi S02 berdasarkan pengukuran DOAS [optical absorption spectroscopy] hasilnya rata-rata emisi di puncak sebesar 76,78 ton per hari masih dalam taraf normal," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sunartono
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper