Bisnis.com, SRAGEN – Ribuan warga yang berinvestasi di bidang ternak semut rangrang dibuat kelabakan oleh tutupnya kantor dan gudang CV Mitra Sukses Bersama (MSB) yang berlokasi di Sidoharjo Sragen sejak pertengahan Mei lalu.
CV MSB sudah tidak lagi memakai gedung yang berlokasi di Pungkruk, Desa/Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Gedung dua lantai itu kini sudah dipakai oleh perusahaan dengan nama lain. Sementara di dua gudang CV MSB yang berada di Dusun Kroya, Desa Taraman, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, sudah tidak ada aktivitas sama sekali.
Meski sudah tutup, dua gudang yang masing-masing berukuran sekitar 900 meter persegi itu masih digunakan untuk menyimpan puluhan mobil box serta ribuan stoples yang sebelumnya digunakan untuk menampung semut dengan nama ilmiah Oecophylla ini. Tidak ada seorangpun di dalam gudang yang bisa dimintai keterangan.
“Dulu selama 24 jam, gudang itu tidak pernah sepi dari aktivitas. Ratusan mobil box hilir mudik membawa semut rangrang. Gudang itu tiba-tiba tutup pertengahan Mei lalu, tepatnya saat puasa Ramadan baru jalan 10 hari,” ujar Paiyem, 47, warga yang tinggal tak jauh dari gudang itu saat ditemui JIBi di warung miliknya, Rabu (12/6/2019).
Paiyem merupakan salah satu investor ternak rangrang yang sempat dilanda stres dalam sebulan terakhir. Tutupnya CV MSB sempat membuat dia jatuh sakit. Selama berhari-hari, ia seperti orang linglung karena bingung harus berbuat apa.
“Saya daftar investasi atas nama anak saya, Aulia Febrianto. Kami rela utang bank dengan jaminan sertifikat rumah untuk berinvestasi senilai Rp30 juta. Dari uang itu, kami mendapat 20 paket semut rangrang. Satu paket dengan harga Rp1,5 juta berisi dua stoples rangrang,” jelas Paiyem.
Kantor dan Gudang CV MSB sudah beroperasi di Desa Taraman sejak 2014 lalu. Di Dusun Kroyo, hampir 60% atau sekitar 200 warganya sudah menjadi mitra CV MSB. Mereka menanamkan investasi mulai dari Rp30 juta hingga Rp500 juta. Paiyem baru tertarik menanamkan modalnya kepada CV MSB tujuh bulan lalu. Sesuai perjanjian kedua belah pihak, semut rangrang yang sudah berusia lima bulan akan dibeli lagi oleh CV MSB. Setiap investor berhak mendapat keuntungan sebesar Rp700.000/paket setelah lima bulan beternak rangrang.
“Lima bulan pertama berjalan lancar. Dari modal awal Rp30 juta, saya dapat keuntungan Rp14 juta sehingga dana saya berkembang jadi Rp44 juta. Tapi, dana Rp30 juta itu saya investasikan lagi. Tapi, baru dua bulan berjalan, kantor dan gudang CV MSB sudah tutup. Sekarang saya bingung bagaimana harus mengansur pinjaman di bank,” keluh Paiyem.
Adik Paiyem, Subandi, 40, bernasib lebih memprihatinkan. Pria yang bekerja sebagai sopir antarkota di Kalimantan itu telanjur berinvestasi sebesar Rp375 juta yang diwujudkan dalam bentuk 250 paket semut rangrang. Sebagai orang yang pernah menjabat sebagai koordinator mitra di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Subandi paham betul bagaimana seluk beluk bisnis investasi rangrang tersebut.
“Ratusan petani dari Karanganyar, Ngawi, Jombang, Grobogan dan lain-lain sudah saya ajak bergabung dengan CV MSB. Alhamdulillah mereka sudah bisa merasakan panen. Saya lalu memutuskan keluar dari CV MSB pada tahun lalu. Alasannya, saya takut terbebani masalah mereka. Sebab, kalau ada apa-apa, mereka larinya ke saya. Sampai sekarang pun, saya masih mendapat telepon dari para petani yang pernah menjadi mitra saya itu,” ujar Subandi saat ditemui di rumahnya.
Setelah memutuskan keluar dari CV MSB, Subandi memilih merantau ke Kalimantan untuk bekerja sebagai sopir. Namun, tanpa sepengetahuan dia, istri Subandi, Sugianti, 38, tergiur untuk berinvestasi kembali senilai Rp375 juta tersebut. Sebagian dari semut rangrang itu diternak sendiri di lantai dua rumahnya. Sebagian dari rangrang itu diternak di rumah kakaknya. Beternak rangrang ini tergolong mudah.
Para mitra CV MSB cukup memberi makan semut rangrang itu dengan gula pasir. Kemudahan dalam berinvestasi dengan janji laba besar itu yang membuat CV MSB banyak dilirik warga yang ingin menanamkan modalnya. Namun, tanpa alasan yang jelas, CV MSB menutup kantor berikut gudangnya secara sepihak pada pertengahan Mei lalu. Nahas bagi Subandi, CV MSB sudah tutup meski modal yang ia tanamkan baru jalan dua bulan.
“Saya sudah coba datangi Pak Sugiyono selaku penanggung jawab CV MSB. Saya minta uang saya kembali 100%, tapi tidak bisa. Katanya, masa panen saya diperpanjang tiga bulan. Jadi, saya baru bisa panen dalam waktu delapan bulan. Perkiraan bulan September saya bisa mengambil kembali modal sekaligus labanya,” jelas Subandi.