Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Muka Tanah di Semarang Mengganggu Investasi

Penurunan muka tanah yang terjadi di wilayah pesisir Kota Semarang mengakibatkan sebagian investor memindahkan bisnisnya ke wilayah lain.
Foto udara pembangunan tanggul rob di kawasan pesisir Utara Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2019). Berdasarkan data Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, progres pembangunan tanggul rob sepanjang sekitar tujuh kilometer tersebut terbagi menjadi tiga paket, dengan progres paket satu mencapai 68 persen, paket dua mencapai 65 persen, dan paket ketiga mencapai 75 persen./Antara-Harviyan Perdana Putra
Foto udara pembangunan tanggul rob di kawasan pesisir Utara Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2019). Berdasarkan data Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, progres pembangunan tanggul rob sepanjang sekitar tujuh kilometer tersebut terbagi menjadi tiga paket, dengan progres paket satu mencapai 68 persen, paket dua mencapai 65 persen, dan paket ketiga mencapai 75 persen./Antara-Harviyan Perdana Putra

Bisnis.com, SEMARANG — Pakar Tata Kota dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Bambang Setyoko menyebutkan, penurunan muka tanah yang terjadi di wilayah pesisir Kota Semarang mengakibatkan sebagian investor memindahkan bisnisnya ke wilayah lain.

Bambang mengatakan, sejumlah wilayah yang mengalami penurunan di Semarang yakni di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Bandarharjo, Johar, Kemijen dan Boom Lama.

Wilayah tersebut, kata dia dulunya merupakan roda perekonomian yang ada di Kota Semarang. Namun, keadaan tanah yang tidak stabil membuat banyak investor berfikir ulang.

"Sekarang bisa dilihat beberapa perusahaan besar mulai pindah dari kawasan pesisir Semarang. Menurutnya, kawasan pesisir sudah tidak layak untuk dijadikan tempat berbisnis," katanya, Jumat (26/7/2019).

Menurutnya sejumlah perusahaan lainnya lebih memilih memindahkan bisnisnya ke Kawasan Industri Kendal, di Mranggen, Mijen dan juga Gunung Pati.

Adapun penyebab amblesnya beberapa kawasan di Kota Semarang itu antara lain karena menjamurnya bangunan-bangunan, seperti hotel, mal, shoping center. "Penyebab lainnya adalah pengambilan air tanah yang tidak terkendali. Hal itu menyebabkan air yang ada di dalam tanah kosong," jelasnya.

Meski demikian, pihaknya belum bisa mengukur berapa dalam tanah yang mengalami land settlement setiap tahunnya. Hal itu disebabkan perbedaan struktur tanah yang ada di masing-masing kawasan. "Yang pasti setiap tahunnya tanah di tempat-tempat tadi ada yang ambles," katanya. (k28)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper