Bisnis.com, BOYOLALI — Harga tembakau tahun ini mengalami kenaikan tipis hingga Rp5.000 per kilogram dari tahun lalu Rp60.000 per kilogram untuk kelas medium menjadi Rp65.000 per kg. Kenaikan harga itu didorong oleh kualitas tembakau lebih baik akibat cuaca panas yang lebih panjang tahun ini.
Sedangkan, tembakau kering kelas tinggi bisa dihargai Rp70.000 hingga Rp72.000bper kg. Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada tembakau basah. Harga daun tembakau basah naik dari semula Rp6.000 per kg menjadi Rp10.000 per kg.
“Kenaikan ini karena kualitas tembakau lebih baik ketimbang tahun lalu. Kenaikan kualitas ini lantaran cuaca panas lebih panjang,” kata petani asal Kecamatan Selo, Agung Laksono, 39, saat ditemui JIBI di sela-sela menjemur tembakau di lapangan Jurug, Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Kamis (22/8/2019).
Agung menjelaskan cuaca panas yang panjang itu berdampak pada hasil rendemen yang tinggi. Jika tahun lalu, dari 100 kg tembakau basah menghasilkan 13 kg tembakau kering, tahun ini 100 kg tembakau basah menghasilkan 17-18 kg. Artinya, pendapatan petani pun bertambah.
Masa panenen tembakau, lanjut Agung, diprediksi akan berlangsung hingga September. Namun, panen tembakau di Boyolali tidak banyak lantaran petani mengalami keterlamatan masa tanam. Biasanya, tanam tembakau dimulai pada bulan Februari. Sedangkan, petani memulainya pada Maret.
“Selain itu, petani juga mengalami kesulitan air. Kemarau datang lebih cepat,” beber dia.
Baca Juga
Petani lain, Hadi Suwarno, 45, asal Selo, menjelaskan kendati harga jual tembakau tinggi, petani masih menanggung biaya proses pengolahan yang juga tinggi. Jika di kawasan Selo mendung, petani bakal turun gunung menjemur tembakau hingga Boyolali Kota bahkan Colomadu.