Bisnis.com, JAKARTA—Meletusnya gunung merapi yang terjadi pada Minggu pagi dipastikan tidak mempengaruhi kondisi pariwisata di Yogyakarta dan sekitarnya.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti mengatakan bahwa saat ini masih dalam kondisi aman. Menurutnya dengan kondisi saat ini tidak mengharuskan pemerintah daerah setempat untuk menutup kawasan pariwisata.
“Masih aman, jadi belum ada penutupan,” kata Guntur kepada Bisnis, Minggu (17/11/2019). Sehingga, hal ini tidak akan berdampak pada kedatangan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan letusan merapi hari ini tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimum 77 mm dan durasi selama 155 detik. Asap kolom letusan Merapi berwarna kelabu dan mengarah ke arah barat.
Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Jogjakarta meletus pada Minggu (17/11/2019). Letusan yang terjadi pada pukul 10.46 WIB tersebut mengakibatkan kolom letusan setinggi 1000 meter dari puncak gunung.
Dua desa dikabarkan terdampak hujan abu tipis akibat letusan Merapi, yakni di Desa Sumber dan Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Meski begitu, tidak ada gangguan yang berarti dialami oleh masyarakat.
Baca Juga
Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Waketum Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) Rudiana yang mengatakan bahwa selama pemerintah belum mengeluarkan alert tanda bahaya hal itu tidak akan mengganggu pariwisata di wilayah tersebut.
“Kalau sistemnya pemerintah gak mengeluarkan alert ya gak berbahaya. Nah ini kalau buat turis yang sudah beberapa kali datang juga ya gak masalah. Kan sering juga ada turis yang sudah dikasih tahu malah justru nekat,” kata Rudiana.
Menurutnya, hal ini tidak akan banyak berdampak pada perjalanan wisatawan sehingga tidak akan mempengaruhi target wisman yang ditetapkan oleh Kemenparekraf.
Sebagai informasi, target kunjungan wisman tersebut sudah diturunkan. Awalnya kunjungan wisman ditargetkan sebanyak 20 juta, namun akhirnya diturunkan menjadi 18 juta lantaran karena adanya beberapa hal yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti bencana alam di sejumlah daerah di Tanah Air.
Namun, bukan berarti bencana alam tersebut menjadi sumber permasalahan terkait dengan target kunjungan wisman ke Tanah Air. Target kunjungan wisman selama beberapa tahun terakhir tercatat selalu meleset dari target.
Berdasarkan data BPS, kunjungan wisman ke Indonesia pada 2016 tercatat sebanyak 11,52 juta atau belum mencapai target yang ditetapkan oleh Kemenparekraf sebanyak 18 juta wisman.
Pada 2017, jumlah kunjungan wisman sepanjang tahun 2017 hanya mencatatkan sebanyak 14,04 juta, atau meleset dari target 15 juta. Sedangkan pada 2018, BPS mencatat jumlah kunjungan wisman sepanjang 2018 hanya 15,81 juta, masih belum mencapai target Kemepar yang sebanyak 17 juta kunjungan wisman pada tahun yang sama.