Bisnis.com, SEMARANG - SMK Negeri Jateng membuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajar 2020-2021. Pendaftaran Sekolah gratis berasrama, bagi warga tak mampu ini, mulai dibuka pada 24 Februari hingga 10 April 2020.
SMK Negeri Jateng memiliki tiga kampus yang berada di Semarang, Pati dan Purbalingga. Total, sekolahan yang dikelola oleh Pemprov Jawa Tengah ini, berkapasitas 264 peserta didik, dengan kapasitas paling banyak di Kampus I Semarang 120 siswa, Kampus II Pati 48 siswa dan Kampus III Purbalingga 96 siswa.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Jumeri mengatakan, sekolah ini berdiri pada tahun 2014, sesuai instruksi Gubernur. Daerah lantas menyusun UU no 23 tahun 2014, yang mengatur tentang status boarding school (sekolah berasrama).
"Seluruh pembiayaan dibebankan pada APBD Jawa Tengah. Negara menanggung seluruh biaya operasional dan kebutuhan harian para siswa yang bersekolah di SMK Negeri Jawa Tengah," ujar Jumeri Rabu (19/2/2020).
Tujuan dari didirikannya sekolah ini, adalah memutus mata rantai kemiskinan lewat pendidikan. Dengan kapabilitas ilmu yang dibutuhkan dunia usaha serta perilaku yang baik, lulusan SMK Negeri Jateng diharap bisa berkarya dan memperbaiki taraf hidup keluarga.
Selain gratis, keistimewaan sekolah ini adalah mengedepankan kedisiplinan, namun tetap berakhlak mulia. Hal itu dikatakan Kepala SMK Negeri Jateng Kampus I Semarang Sriyono.
"Selain itu, lulusan kami juga banyak diminati oleh dunia usaha. Sebanyak 90 persen dari siswa kami diterima pada sektor industri seperti di pertambangan, manufaktur, ataupun bidang elektronika. Sementara 10 persen sisanya melanjutkan ke jenjang perkuliahan atau diterima pada instansi militer seperti polisi," ucapnya, Selasa (18/2/2020).
Ia menyebut animo masuk di sekolah yang dipimpinnya itu cukup tinggi. Setiap kali pendaftaran, jumlah peminat membludak hingga 3000 orang. Namun, karena sekolahan itu diperuntukan bagi siswa dari keluarga tidak mampu, akhirnya yang diperkenankan mengenyam pendidikan hanya sesuai kuota, yang telah ditentukan.
Sriyono menyebut, selain seleksi administrasi yang ketat, proses rekrutmen juga melibatkan tinjauan langsung ke rumah. Tujuannya, untuk memastikan, calon siswa berasal dari keluarga yang tidak mampu, namun memiliki kemampuan dan potensi akademik yang mumpuni.
Lebih lanjut, selama bersekolah, siswa dibebaskan dari segala iuran. Bahkan, mereka disubsidi untuk pengadaan seragam, sepatu, kebutuhan sekolah, sampai makan sehari-hari.
Oleh karenanya, ia mengimbau masyarakat dari golongan tak mampu, memanfaatkan sekolah milik Pemprov Jateng ini. Sriyono pun mengimbau, agar para orang tua tak terbujuk rayu oknum, yang menjanjikan bisa memasukan anaknya ke sekolahan ini.
"Sekolah di SMK N Jateng, gratis dari mulai pendaftaran, kehidupan keseharian hingga nanti lulus, tidak dipungut biaya. Maka jangan percaya kalau ada yang mengaku bisa menitipkan atau menjanjikan masuk dengan iming-iming sesuatu. Langsung ke sini saja," tegas Sriyono.
Dia menyebut, untuk bisa bersekolah di SMK Negeri Jateng calon siswa harus memenuhi syarat administrasi, seperti, surat keterangan tidak mampu, Kartu Indonesia Pintar, berasal dari Program Keluarga Harapan dan sebagainya. Selain itu, faktor akademis juga menjadi pertimbangan.
"Yang terpenting juga adalah proses visiting (kunjung ke rumah) untuk memastikan yang bersangkutan dari keluarga tak mampu," urai Sriyono.
Adapun, Kejuruan di Kampus I Semarang meliputi Bisnis Konstruksi dan Properti, Teknik Elektronika Industri, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Pemesinan dan Teknik Kendaraan Ringan. Di Kampus II Pati, hanya ada dua jurusan yakni, Agribisnis dan Pengolahan Hasil Pertanian dan Teknik Perbaikan Body Otomotif. Sedangkan, di Kampus III Purbalingga terdapat jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Pengelasan.
Seorang siswa SMKN Jateng Kampus I Semarang Romie Zainurrokhman mengaku senang bisa bersekolah di tempat itu. Karena, selain gratis, ia juga ditempa kedisiplinan.
"Yang pertama itu bisa bantu orang tua saya yang hanya buruh dan punya warung kecil-kecilan. Yang kedua di sini sangat disiplin. Berat memang awalnya, tapi karena tekad saya ingin meringankan beban ayah ibu, saya tetap bertahan, dan saat ini malah saya sedih karena mau lulus. Pasti kangen dengan suasana asrama," ujar Romie, yang berasal dari Banyumas itu.
Hendak lulus dari SMKN Jateng, Romie mengaku sudah mengikuti orientasi di sebuah perusahaan tambang.
"Mudah-mudahan, setelah nanti kerja bisa ikut membiayai ibu saya bikin warungnya lebih besar," katanya.