Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NPL Soloraya 10,54 Persen, Disumbang Perusahaan Tekstil Telat Bayar Kredit

Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan umum di Soloraya pada April 2020 menembus Rp8,59 triliun.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SOLO - Kredit bermasalah atau macet perbankan umum di Soloraya tinggi disebabkan satu perusahaan tekstil di Kota Solo tidak memenuhi kewajiban angsuran alias telat bayar sejak September 2019.

Perusahaan itu memiliki nilai kredit yang besar sampai triliunan rupiah sehingga ketika performanya buruk langsung berimbas kepada performa kredit secara keseluruhan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan umum di Soloraya pada April 2020 menembus Rp8,59 triliun. Angka tersebut mencapai 10,43 persen dari total nilai kredit perbankan umum di Soloraya.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, Eko Yunianto, penyebab rasio kredit bermasalah di perbankan Soloraya sangat tinggi adalah adanya salah satu debitur besar yang tidak lancar membayar kredit. Debitur besar yang merupakan perusahaan teksil itu telat bayar kredit sejak September 2019.

Eko menyebut kontribusi perusahaan teksil itu mencapai 30% terhadap total nilai kredit bermasalah atau sekitar Rp2,58 triliun.

"Penyebabnya [kredit macet tinggi] adalah salah satu debitur besar di bidang tekstil yang tidak lancar membayar kredit sejak September 2019 lalu. Terlebih satu debitur ini kontribusinya mencapai 30 persen terhadap total jumlah debitur yang tidak lancar lainnya. Kondisi ini sangat memengaruhi NPL secara keseluruhan lantaran outstanding loan-nya besar," jelas dia saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (17/6/2020).

Eko menjelaskan persentase kredit bermasalah di Soloraya pada April 2020 naik signifikan dari rasio kredit bermasalah pada April 2019 yang hanya 2,31 persen. Bahkan, rasio NPL ini lebih besar daripada rasio NPL Jawa Tengah yang hanya 4,96 persen.

OJK telah berkoordinasi dengan industri jasa keuangan dalam melakukan monitoring terhadap angka kredit bermasalah yang semakin memburuk tersebut.

Menurutnya, jika kondisi ini tak segera diperbaiki, bakal berdampak pada pengurangan potensi pendapatan industri jasa keuangan. “Kondisi pandemi akibat virus Covid-19 ikut memengaruhi perbankan di Soloraya,” imbuh dia.

Merespons data tersebut, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Bambang Pramono, mengakui wabah pandemi Covid-19 berdampak pada sistem keuangan nasional. Salah satunya tercermin dari tingginya angka kredit macet atau NPL.

Hal itu seperti yang tengah terjadi di Soloraya. Rasio kredit bermasalah di Soloraya tinggi salah satunya disebabkan sebuah perusahaan tekstil telat bayar kredit.

“BI pun melakukan mitigasi dampak Covid-19. Antara lain, penurunan suku bunga BI7DRR, stabilisasi nilai rupiah, pasar uang dan valas, pelonggaran likuiditas, makroprudensial, dan sistem pembayaran,” jelas dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Sumber : JIBI/Solopos
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper