Bisnis.com, BOYOLALI – Kondisi Gunung Merapi dikabarkan menggembung dalam beberapa hari terakhir. Oleh sebab itu masyarakat di wilayah Soloraya diminta waspada dengan potensi bencana alam yang diakibatkan aktivitas Gunung Merapi.
Saat ini pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali sedang mempersiapkan jalur evakuasi untuk warga yang berada di lereng Merapi.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo, mengatakan persiapan dan sosialisasi kepada warga telah dilakukan sejak tiga bulan lalu.
“Persiapan sudah kami lakukan sejak Merapi mengalami erupsi tiga kali berturut-turut kemarin [akhir Maret sampai awal April] ,” kata dia kepada wartawan, Rabu (9/7/2020).
Baca Juga : Ekspor Mebel dan Kayu dari Sukoharjo Mulai Naik |
---|
Dia menambahkan saat ini desa-desa di lereng Merapi telah memiliki tujuan pengungsian. Jadi, jika sewaktu-waktu Gunung Merapi yang menggembung meletus, warga dengan cepat dievakuasi ke tempat tersebut.
Sementara itu Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, mengatakan kondisi Gunung Merapi hingga Rabu (8/7/2020) siang, masih waspada.
"Memang ada penggembungan tubuhnya tapi kecepatan penggembungannya masih kecil. Penggembungan terjadi pascaerupsi 21 Juni lalu. Jadi sejak 22 juni sampai sekarang," kata dia kepada wartawan di Pos Pengamatan Gunung Api Merapi Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Rabu (8/7/2020).
Dia menyebutkan Gunung Merapi menggembung sekitar 0,5 sentimeter per harinya. Kecepatan penggembungan masih tergolong rendah dibandingkan pada 2010 lalu yang mencapai 130 sentimeter dalam sebulan.
Menurutnya dari indikasi yang ada, Gunung Merapi akan kembali mengalami erupsi atau akan tumbuh kubah lava. Dia juga menyampaikan sebelum 21 Juni lalu sudah ada gempa vulkanik yang terjadi baik yang sifatnya dangkal maupun dalam.
"Memang sejak 2018 aktivitas Gunung Merapi tidak pernah berhenti, aktivitas terus ada. Jadi status masih waspada, artinya aktivitasnya di atas normal. Namun belum membahayakan penduduk di lereng Merapi asal di dalam radius 3 km dari puncak tidak boleh ada aktivitas warga," lanjut dia.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang hari itu juga mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Api Merapi Jrakah, mengimbau masyarakat di lereng yang tengah menggembung tetap waspada.
"Intinya Merapi perutnya sedang membengkak. Artinya ada gerakan di dalamnya, kemungkinan dari magmanya. Maka posisinya masyarakat tetap waspada. Tetap bekerja tapi tidak boleh di dalam radius 3 km dari puncak Merapi. Itu sudah diketahui perangkat desa dan sukarelawan setempat," kata dia kepada wartawan.
Ada deformasi di Gunung #Merapi, namun potensi bahaya saat ini masih sama, yaitu berupa luncuran awanpanas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material akibat erupsi eksplosif.
— BPPTKG (@BPPTKG) July 9, 2020
Rekomendasi jarak bahaya dalam radius 3 km dari puncak Gunung #Merapi. https://t.co/gcsZ89B4J0