Bisnis.com, SEMARANG – Sepanjang November 2020, nilai ekspor Jawa Tengah mencapai US$688,45 juta.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa kinerja ekspor di penghujung 2020 tersebut masih belum sepenuhnya membaik. Terjadi penurunan nilai ekspor sebesar 0,60 persen apabila dibandingkan secara year-on-year.
“Penurunan ini tentunya disebabkan oleh penurunan ekspor komoditas migas yang menurun cukup besar,” jelas Sentot Bangun Widoyono, Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Senin (4/1/2021).
Tercatat, nilai ekspor komoditas migas mengalami penurunan 21,13 persen apabila dibandingkan dengan bulan Oktober 2020 (m-t-m). Pada bulan Oktober 2020, nilai ekspor komoditas ini mencapai US$35,75 juta, sementara di bulan November 2020 nilainya hanya US$28,19 juta. Meskipun demikian, nilai ekspor pada komoditas non-migas mengalami kenaikan. BPS Provinsi Jawa Tengah mencatat ada kenaikan nilai ekspor sebesar 1,06 persen (m-t-m) pada komoditas non-migas.
“Kalau kita lihat secara tren. Maka kita bisa lihat bahwa ekspor kita terutama untuk non-migas tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor bulan November 2019. Walaupun sedikit di bawah 2018,” jelas Sentot.
Kenaikan nilai ekspor komoditas non-migas ini juga terlihat dengan meningkatnya arus bongkar muat angkutan laut. “Untuk muat atau mungkin perdagangan keluar wilayah, yang menggembirakan adalah bahwa komoditas non-migas dibanding oktober meningkat sangat besar, yaitu mencapai 121,79 persen,” ungkapnya.
Baca Juga
BPS Provinsi Jawa Tengah mencatat kenaikan arus muat perdagangan dalam negeri sebesar 121,79 persen. Sementara untuk perdagangan luar negeri atau ekspor, terjadi kenaikan 100 persen. Pada bulan November 2020, tercatat 8.144 ton komoditas non-migas dikirim ke daerah lain di Indonesia. Sementara itu, sebanyak 71.100 ton komoditas non-migas dikirim ke luar negeri.
“Ini tentunya indikasi adanya permintaan yang sudah mulai membaik baik itu dari luar negeri maupun dari luar Jawa Tengah,” jelas Sentot.
Pada kesempatan yang berbeda, Leny Mayouri, Ketua Forum Transportasi laut Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menyampaikan angkutan laut di Indonesia memiliki potensi bisnis yang sangat besar. Dengan melintasnya 150-200 kapal per harinya, Indonesia memiliki salah satu jalur transportasi laut tersibuk di dunia.
“Potensi-potensi tersebut perlu didukung oleh strategi dan program yang tepat, misalnya berupa perluasan akses pasar dan investasi (FDI), pengembangan kawasan industri baru dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta pengembangan tol laut,” jelasnya.