Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Jateng Bertahan Rendah

Inflasi Jawa Tengah pada 2020 adalah sebesar 1,56 persen (yoy), lebih rendah daripada inflasi kawasan Jawa yang sebesar 1,73 persen (yoy) dan inflasi nasional yang sebesar 1,68 persen (yoy).
Cabai salah satu komoditas penyumbang inflasi./Bisnis-Bobi Bani
Cabai salah satu komoditas penyumbang inflasi./Bisnis-Bobi Bani

Bisnis.com, SEMARANG - Inflasi Jawa Tengah pada 2020 adalah sebesar 1,56 persen (yoy), lebih rendah daripada inflasi kawasan Jawa yang sebesar 1,73 persen (yoy) dan inflasi nasional yang sebesar 1,68 persen (yoy).

Berdasarkan rilis data inflasi oleh Badan Pusat Statistik, pada Desember 2020 Jawa Tengah mencatat inflasi sebesar 0,46 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,18 persen (mtm).

Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Jateng Iss Savitri Hafid mengatakan, realisasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi lima tahun terakhir sebesar 0,57 persen (mtm).

"Inflasi Jawa Tengah bulan Desember 2020 utamanya bersumber dari peningkatan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Andil kelompok tersebut terhadap inflasi pada Bulan Desember 2020 adalah sebesar 0,40 persen (mtm) dengan kenaikan indeks harga sebesar 1,62 persen (mtm)," kata Iss melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Selasa (12/1/2021).

Inflasi juga didorong oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga andil sebesar 0,03 persen (mtm) dan kelompok barang dan jasa transportasi andil sebesar 0,02 persen (mtm). Peningkatan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau terutama bersumber dari sub-kelompok makanan. Inflasi pada sub-kelompok tersebut sebesar 1,99 persen (mtm), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya 1,25 persen (mtm).

Meningkatnya laju inflasi bersumber dari peningkatan harga pada beberapa komoditas utama, diantaranya: cabai merah (56,84 persen; mtm), cabai rawit (45,44 persen; mtm), cabai hijau (30,89 persen; mtm), telur ayam ras (11,41 persen; mtm) dan daging ayam ras (3,6 persen; mtm).

"Kenaikan harga komoditas aneka cabai tersebut disebabkan oleh menurunnya pasokan, sebagai dampak rendahnya produktivitas tanaman cabai akibat curah hujan yang tinggi dalam dua bulan terakhir. Sementara kenaikan harga daging dan telur ayam ras seiring dengan masih rendahnya pasokan ditengah permintaan masyarakat yang mulai meningkat pada perayaan natal dan tahun baru," ujarnya.

Lebih lanjut, rendahnya pasokan telur ayam ras dan daging ayam ras juga seiring dengan instruksi kementan untuk membatasi supply (SE No. 9663SE/PK.230/F/09/2020 bulan September 2020 tentang pengurangan DOC final stock ayam ras pedaging) untuk stabilisasi harga di tingkat peternak.

"Seluruh kota pantauan di Jawa Tengah pada Desember 2020 mengalami Inflasi dengan intensitas yang beragam. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal (0,56 persen), kemudian inflasi terendah terjadi di kota Surakarta (0,32 persen)," jelasnya.

Kelompok makanan minuman, dan tembakau diperkirakan akan menjadi faktor utama pendorong laju inflasi pada bulan Januari 2021.

Beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong laju inflasi kelompok barang dan jasa ini adalah berlanjutnya penurunan pasokan komoditas aneka cabai seiring dengan curah hujan yang diperkirakan masih akan tinggi hingga akhir bulan Januari 2021 sebagai dampak dari La Nina yang melanda sebagian wilayah Jawa Tengah.

Faktor berikutnya yang berpotensi mendorong laju inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau adalah potensi peningkatan harga rokok seiring dengan kebijakan pemerintah yang akan menaikkan cukai rokok sebesar 12,5 persen pada 2021.

Sementara itu lanjutnya, risiko berlanjutnya kenaikan tarif angkutan akan mendorong laju inflasi pada kelompok transportasi. Lebih lanjut, risiko berlanjutnya kenaikan harga emas global akan berdampak bagi kenaikan harga emas perhiasan pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.

Menyikapi hal tersebut, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus melakukan 4 (empat) kunci pengendalian inflasi yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.

"Upaya tersebut diharapkan dapat menjaga inflasi Jawa Tengah pada tahun 2021 tetap berada pada kisaran sasaran inflasi 3,0%±1%," katanya. (k28)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Alif Nazzala R.
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper