Bisnis.com, SEMARANG – Harapan masyarakat Jateng memiliki gelora olahraga berstandar internasional sepertinya harus ditunda sejenak. Pasalnya, GOR Jatidiri yang direnovasi beberapa tahun terakhir belum juga rampung.
Sedianya, kawasan olahraga ini tak hanya memiliki lapangan bola saja. Ada kolam renang indoor, lapangan tenis dengan standar internasional, lapangan voli pasir, hingga lintasan sepatu roda.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pernah menargetkan renovasi bakal rampung 2020. Tapi kenyataan berkata lain, tahun ini renovasi masih harus dilanjutkan.
Saat berkunjung kembali ke Jatidiri diri pekan kedua tahun ini, Ganjar mendapati tak ada banyak perubahan. Proses renovasi masih belum sepenuhnya selesai. Tribun bagian timur Stadion Jatidiri masih beratapkan langit. Rumput di lapangan terlihat mengering. Bahkan, tak jarang, pada beberapa bagian mulai ditumbuhi gulma. Tanda kurangnya perawatan.
Kunjungan Ganjar Jumat (8/1/2021) pekan lalu tersebut juga disertai elemen terkait. Ada pengurus Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Tengah, juga Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) selaku pengelola kawasan.
Edi Sayudi, Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah, mengungkapkan bahwa kondisi Stadion Jatidiri masih jauh dari kata layak. “Kalau kondisi saat ini, stadion atau rumput yang ada kalau untuk latihan itu bisa digunakan. Termasuk atletikya bisa digunakan. Cuma kalau untuk kompetisi secara resmi kayaknya masih butuh perbaikan,” jelasnya pekan lalu.
Tahun | Nilai (Rp) |
2016 | 25.568.467.000 |
2017 | 55.755.497.000 |
2018 | 84.444.668.000 |
2019 | 214.533.993.000 |
2020 | - |
2021 | 79.800.000.000 |
Nilai anggaran renovasi Stadion Jatidiri. Pada tahun 2020, anggaran renovasi direalokasikan untuk penanganan Covid-19. (Sumber: Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah)
Asa untuk memulai kompetisi resmi di Jatidiri sepertinya masih sebatas angan. Kepala Disporapar Provinsi Jawa Tengah, Sinoeng N. Rachmadi, tahu betul bahwa Jatidiri hari ini hanya mampu menjadi lokasi latihan. Itupun hanya untuk beberapa bulan ke depan.
”Untuk latihan, kami tadi sudah dapat sinyal lampu hijau dari Gubernur. Jangankan dari PSIS, SSB (Sekolah Sepakbola) pun boleh [menggunakan Stadion Jatidiri]. Nanti kita atur waktunya, [harga] sewanya kita atur,” ungkapnya pada pekan lalu.
Anggaran Rp79,8 miliar telah disiapkan untuk melanjutkan proses renovasi Jatidiri. “Kita [akan] menyelesaikan atap dulu sama elektrikal,” tambah Sinoeng.
Rencananya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan memprioritaskan pembangunan stadion. “Karena bagaimanapun juga, Kawasan Jatidiri dengan sekian venue dan cabang olahraga yang ada, stadion adalah yang utama, sehingga kita prioritaskan,” jelas Sinoeng.
Ia menambahkan, apabila proses lelang tender bisa dilakukan pada bulan Januari 2021 ini, kemungkinan besar pada Maret proses pembangunan fisik bisa mulai dilakukan.
“Lelang mungkin bisa akhir Januari, Februari masa sanggah dan sebagainya, Maret sudah bisa mulai konstruksi. Maka untuk latihan sementara dihentikan dulu,” ungkapnya.
Edi Sayudi, Sinoeng N. Rachmadi, dan Ganjar Pranowo (kiri ke kanan) meninjau kondisi rumput Stadion Jatidiri. Gulma telah tumbuh di beberapa sudut lapangan, karena kurangnya perawatan.
Keputusan ini tentunya tak bisa lepas dari aksi yang dilakukan Panser Bumi dan SNEX, kelompok suporter PSIS yang berkandang di Stadion Jatidiri. Pada Desember lalu, dua kelompok ini berbondong-bondong mengirimkan karangan bunga ke Kantor Gubernur Jawa Tengah.
Tak ada hajatan, atau ucapan selamat yang menyertai karangan bunga tersebut. Justru, kelompok suporter menuntut Ganjar untuk segera merampungkan proses renovasi Jatidiri. Merespons tuntutan supporter, manajemen PSIS langsung berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Yoyok Sukawi, CEO PSIS Semarang, menyampaikan bahwa proses komunikasi telah dilakukan kepada Disporapar dan Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. Kini, ia hanya bisa menunggu jawaban dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah selaku empunya stadion.
Sementara ini, PSIS Semarang memiliki dua opsi stadion untuk melaksanakan pertandingan. “Sekarang saat kondisi Covid-19, kalau Jatidiri belum jadi ya kita siapkan di Kendal sama Citarum. Cuma kalau kita ditanya, [manajemen] disuruh milih, ya milih Jatidiri,” jelasnya.
Untuk kembali merumput di Stadion Jatidiri, ada harga yang mesti dibayar PSIS Semarang. Berdasarkan Pergub No.25/2019, biaya sewa stadion per hari adalah Rp15.000.000.
Biaya ini mesti dikeluarkan apabila PSIS ingin melaksanakan pertandingan Divisi Utama. Sementara itu, biaya sewa stadion untuk latihan selama 2 jam dipatok sekitar Rp500.000 – Rp2.200.000.
Disporapar Provinsi Jawa Tengah menegaskan bahwa aturan ini tak hanya berlaku bagi PSIS Semarang. Klub sepak bola lain di Jawa Tengah juga bisa menggunakan Stadion Jatidiri asalkan bersedia membayar biaya sewa tersebut.
Entah kapan Laskar Mahesa Jenar, julukan PSIS Semarang, dapat kembali merumput di Jatidiri. Pasalnya, Disporapar Provinsi Jawa Tengah sendiri masih belum bisa memastikan kapan Stadion ini bisa selesai.
Pada tahun 2021 ini saja, setidaknya masih ada enam pekerjaan fisik yang mesti diselesaikan. Beberapa pekerjaan ini antara lain pembangunan rangka atap di tribun Barat, penutupan atap tribun barat, pembangunan arsitektur dalam gedung, pembangunan pekerjaan area safety zone, pekerjaan pembangunan landscape stadion, serta pekerjaan elektrikal.
Disporapar Provinsi Jawa Tengah masih melakukan proses penawaran atau tender. Tak hanya PSIS Semarang, masyarakat Jawa Tengah tampaknya mesti bersabar lebih lama lagi untuk bisa menggunakan stadion kebanggaannya ini.