Bisnis.com, SEMARANG - Badan Pusat Statistik telah merilis data inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,17 persen (mtm) pada Februari 2021.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 0,22 persen (month to month/mtm).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Jawa Tengah mencapai sebesar 1,42 persen (year on year/yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 1,38 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pribadi Santoso mengatakan berdasarkan kelompok pengeluaran, penurunan inflasi Jawa Tengah pada Februari 2021 terutama disebabkan tekanan harga kelompok Transportasi yang jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
"Laju inflasi yang lebih rendah pada bulan laporan tertahan akibat meningkatnya tekanan inflasi kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau. Andil kelompok tersebut terhadap inflasi pada Januari 2021 adalah sebesar 0,12 persen (mtm) dengan kenaikan indeks harga sebesar 0,48 persen (mtm)," ujarnya, Jumat (12/3/2021).
Kelompok transportasi menjadi kontributor utama penurunan inflasi Jawa Tengah, dengan mencatatkan penurunan inflasi dari sebesar 0,99 persen (mtm) pada Januari 2021, menjadi sebesar 0,19 persen (mtm) pada bulan laporan.
Menurut Prabadi Santoso penurunan tekanan inflasi kelompok ini terutama disebabkan berakhirnya inflasi subkelompok Jasa Angkutan Penumpang yang umumnya secara musiman berlangsung pada Desember-Januari, khususnya pada komoditas jasa Angkutan Udara.
Komoditas jasa angkutan udara dan komoditas mobil menjadi kontributor utama inflasi pada kelompok Transportasi. Tarif angkutan udara mencatatkan inflasi sebesar 14,86 persen (mtm), sehingga memberikan andil sebesar 0,08 persen (mtm) terhadap pembentukan inflasi Jawa Tengah.
Sedangkan komoditas mobil menjadi faktor pendorong inflasi di Jawa Tengah sejak awal 2021.
"Para pelaku produsen barang dan jasa diindikasikan melakukan penyesuaian harga pada awal tahun, sebagai langkah bisnis dengan mempertimbangkan ekspektasi inflasi pada biaya produksi. Selanjutnya, indeks harga mobil pribadi mencatatkan peningkatan sebesar 1,22 persen (mtm) dan memberikan andil yang signifikan sebesar 0,03 persen (mtm) terhadap inflasi Jawa Tengah," ujarnya.
Komoditas jasa Jalan Tol juga masih mencatatkan peningkatan indeks harga sebesar 3,05 persen (mtm) pada bulan laporan, setelah Pemerintah menetapkan peningkatan tarif pada beberapa ruas tol dalam kota dan antarkota di Jawa Tengah.
Namun demikian, dampak kenaikan tarif jalan tol relatif terbatas, dan hanya berdampak signifikan terhadap inflasi kota Semarang.
"Meskipun secara keseluruhan inflasi tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya namun perlu diwaspadai tingginya tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mencatat inflasi sebesar 0,48 persen (mtm)," jelasnya.
Dia menambahkan, beberapa komoditas hortikultura utama seperti cabai merah dan bawang merah mencatatkan inflasi masing-masing sebesar 11,19 persen (mtm) dan 13,33 persen (mtm), seiring dengan berlanjutnya kelangkaan pasokan produksi yang telah berlangsung sejak triwulan IV 2020.
Tekanan inflasi yang lebih tinggi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dapat dihindari setelah pulihnya pasokan produksi beras di dalam negeri.
Panen beras untuk musim tanam Oktober - Maret telah berlangsung di beberapa daerah produsen di Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan.
"Pemerintah terus berkoordinasi untuk memitigasi risiko gangguan iklim La Nina yang akan berdampak pada produktivitas padi musim tanam II 2020 dengan periode panen pada bulan Februari-April 2021," tambahnya.
Seluruh kota pantauan di Jawa tengah mencatatkan inflasi yang lebih rendah dibandingkan bulan Januari lalu. Pengecualian terjadi pada Kota Tegal yang mengalami peningkatan tekanan inflasi, dengan mencatatkan inflasi 0,25 persen (mtm), berbalik arah dari deflasinya pada bulan Januari lalu.
Peningkatan inflasi di Kota Tegal terutama disebabkan tekanan harga Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang lebih tinggi dibandingkan kota pantauan lainnya di Jawa Tengah, khususnya komoditas cabai merah dan telur ayam ras yang masih mencatatkan inflasi tinggi.
Ke depan laju Inflasi bulanan Jawa Tengah diperkirakan masih berlanjut dengan intensitas yang lebih rendah.
"Laju inflasi diperkirakan masih bersumber dari kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya. Beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong laju inflasi kelompok Makanan Minuman dan Tembakau adalah berlanjutnya penurunan pasokan hortikultura seiring dengan curah hujan yang diperkirakan masih akan tinggi hingga awal bulan Maret 2021 sebagai dampak dari La Nina yang melanda sebagian wilayah Jawa Tengah," tuturnya.
Menyikapi hal tersebut, seluruh pemangku kepentingan terkait yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus melakukan empat kunci pengendalian inflasi yaitu:
- menjaga ketersediaan pasokan
- keterjangkauan harga
- memastikan kelancaran distribusi, serta
- memperkuat komunikasi yang efektif untuk menjaga ekspektasi inflasi masyarakat.
"Upaya tersebut diharapkan dapat menjaga inflasi Jawa Tengah pada tahun 2021 tetap berada pada kisaran sasaran inflasi 3,0 persen ±1 persen," ujarnya.