Bisnis.com, WONOGIRI - Para pemuda di Wonogiri mulai tertarik membudidayakan porang karena tanaman itu dinilai mempunyai keunggulan lebih dibandingkan tanaman lain. Bertani porang dijadikan kegiatan untuk mengisi waktu luang selama pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Salah satu pemuda yang tertarik menjadi petani milenial dan membudidayakan porang Irfan Imaddudin Al faruqi, 21, warga Dusun Tanduran, Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri. Kini ia mulai menggarap lahan porang untuk kali pertama.
Irfan merupakan salah satu mahasiswa universitas swasta di Solo. Karena masih pandemi dan PJJ, sejak satu tahun lalu ia mulai mempelajari budidaya porang. Saat ada waktu luang, ia giat belajar cara menanam porang dengan petani yang telah sukses membudidayakan porang di desanya.
Sebagai petani milenial yang baru kali pertama budi daya porang, Irfan sebelumnya mencari investor dahulu. Investor itu membiayai atau memberi modal untuk menanam porang hingga panen. Saat panen, keuntungan dilakukan bagi hasil antar kedua belah pihak.
“Kalau modal sendiri belum bisa. Uangnya juga belum ada. Kalau pinjam bank belum ada yang dijaminkan. Jadi solusinya cari investor dulu. Awal-awal harus perlahan dulu budidayanya,” kata dia saat dihubungi JIBI, Minggu (1/8/2021).
Menurut dia, dalam budi daya porang sejak awal sudah diketahui biaya yang harus dikeluarkan. Biaya olah lahan, bibit, penanaman, pemupukan hingga panen sudah bisa dikira-kira sejak awal. Sehingga petani milenial bisa mengajukan rencana anggaran biaya atau RAB ke investor.
Baca Juga
Saat ini, Irfan telah mengajukan RAB ke investor. Setelah satu tahun belajar budidaya porang, ia sudah berani bertanggung jawab mengelola porang sendiri. Mulai dari penanaman hingga panen. Luas lahan yang akan digarap Irfan sekitar 3.500 meter persegi.
“Ini kan masih pertengahan kemarau. Saat ini masih olah lahan, dibrujul pakai traktor. Dua pekan selanjutnya disemprot urin kelinci agar subur tanahnya. Nanti sekitar awal September mulai tanam,” ungkap dia.
Ia mengatakan, bibit yang akan dipakai untuk menanam jenis katak. Pada musim pertama menjadi umbi kecil atau umbi bibit. Pada musim kedua, sudah menjadi umbi produksi yang bisa dipanen.
Berdasarkan perhitungan, jumlah bibit yang bisa ditanam luas lahan dikalikan empat. Sehingga jika lahan yang disiapkan 3.500 meter persgi, maka bibit yang akan ditanam sekitar 14.000 bibit.
Ada sejumlah alasan yang membuat Irfan tertarik membudidayakan porang meski ia masih berusia muda. Diantaranya karena kebutuhan uang dan level pertanian porang berada di atas pertanian lain. Artinya, porang mempungai keunggulan dan keuntungan yang didapatkan lebih banyak.
“Lama di kebun itu juga asyik. Terlebih saat ini masih PJJ, kalau jenuh langsung ke kebun. Ya memang saya minat budidaya porang. RAB yang saja ajukan ke investor, di lahan 3.500 meter persegi bisa menghasilkan Rp50 juta,” kata Irfan.
Banyaknya pemuda Wonogiri yang mulai tertarik budidaya porang dibenarkan oleh Dewan Penasehat Petani Penggiat Porang Nusantara (P3N) Cabang Wonogiri, Teguh Subroto, saat dihubungi JIBI, Minggu.
“Kami juga membina beberapa generasi milenial untuk membudidayakan porang. Mulai dari menanam, mengolah lahan, pemberian pupuk hingga panen. Sementara baru para pemuda di Wonogiri saja,” kata Teguh.