Bisnis.com, SEMARANG – Pengembangan perekonomian di Jawa Tengah bagian selatan diarahkan untuk selalu memperhatikan aspek geografis yang cenderung rentan terhadap bencana alam.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa dalam membangun pusat-pusat perekonomian di Jateng, dan wilayah selatan pada khususnya, pihaknya memperhatikan masukan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengenai risiko bencana alam di wilayah tersebut.
Mengutip BNPB, Ganjar menyampaikan bahwa di antara risiko yang dihadapi di wilayah Jateng bagian selatan, khususnya yang berdekatan dengan laut selatan Jawa, adalah gempa bumi dan tsunami.
Oleh karena itu, dibutuhkan mitigasi risiko yang seksama untuk mengantisipasi risiko yang mungkin muncul.
“Dengan adanya risiko ini kita harus lebih hati hati lagi. Menurut saya tidak usah takut, kita harus membangun dengan baik, kami bisa bantu seandainya dibutuhkan,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara pelepasan program Jelajah Investasi Jabar Jateng 2021 yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia, Selasa (31/8/2021).
Menurutnya, setiap wilayah memiliki potensi pengembangan ekonomi masing-masing sesuai dengan karakteristik dan sumber daya yang tersedia di tiap daerah.
Ganjar mengakui bahwa pusat pertumbuhan ekonomi Jateng, khususnya yang berbentuk kawasan industri terpadu, selama ini banyak terpusat di kawasan utara.
Infrastruktur pendukung seperti pembangkit listrik, jalan tol, bandara, jalur kereta api, dan pelabuhan, tersedia lengkap di wilayah Pantura. Bahkan, pengembangan kawasan industri termutakhir yang dipimpin secara langsung oleh Presiden Joko Widodo dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) juga berlokasi di Pantura, yakni di Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), dan sedang dalam proses pembebasan lahan yakni Kawasan Industri Brebes (KIB).
Wilayah pantura Jawa Tengah, khususnya di kawasan industri yang difasilitasi oleh pemerintah, merupakan senjata untuk menarik investasi asing. Pengembangan kawasan industri yang terintegrasi dari utara Jateng dan menyambung ke Jawa Barat dalam kerangka super koridor pantura, merupakan strategi untuk dapat bersaing dengan negara lain di kawasan regional demi menarik investasi asing.
Adapun, realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) ke Jateng sepanjang kuartal II/2021, tercatat mencapai Rp7,76 triliun, sedangkan penanaman modal asing (PMA) mencapai US$359,8 juta.
Pada kuartal sebelumnya, realisasi PMDN yang masuk ke Jateng mencapai Rp8,42 triliun, sedangkan PMA tercatat senilai US$263,1 juta.
Program Jelajah Investasi Jabar Jateng 2021 diselenggarakan atas dukungan para sponsor yakni DPMPTSP Jawa Barat, Diskominfo Jawa Barat, PT Migas Hulu Jabar (MUJ), PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB), Bank BJB, JNE Regional Jawa Barat, Bank Indonesia Jateng, PT Kawasan Industri Wijayakusuma, Bank Jateng Syariah, JNE Regional Jateng, XL Axiata, dan Daihatsu Semarang.