Bisnis.com, MAGELANG - Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, mulai merasakan perbaikan penjualan. Sebelumnya, di awal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), omzet penjualan batik di wilayah tersebut sempat mengalami penurunan.
Mustakin, pemilik usaha Batik Catra Borobudur, mengatakan bahwa selama pandemi dia fokus mengerjakan produk batik untuk dijual sebagai suvenir di hotel-hotel di sekitar Borobudur. Ketika tingkat okupansi hotel membaik, penjualan suvenir batik juga turut meningkat.
Selain itu, untuk menambah penghasilan, Mustakin juga menawarkan jasa kepada para wisatawan yang ingin belajar ataupun praktik membatik. Kursus singkat membatik dibuka di rumah produksi dan di beberapa hotel yang bekerja sama.
"Awal-awal pandemi itu semuanya libur. Omzet selama pandemi turun sampai 100 persen, awal-awal PPKM sempat berhenti total," ujarnya saat ditemui Bisnis pada Sabtu (30/10/2021).
Mustakin menuturkan bahwa usaha yang dirintisnya sejak tahun 2013 sangat terdampak pandemi Covid-19. Sebanyak 16 orang pekerja terpaksa diliburkan untuk sementara waktu. Namun, kini usahanya telah mulai pulih kembali.
"Pelonggaran PPKM ini sudah sangat terasa dampaknya, penjualan sangat terpengaruh. Semoga setelah ini wisata mulai bangkit lagi, supaya perekonomian bisa cepat pulih seperti dulu," jelas Mustakin.
Batik Catra Borobudur merupakan salah satu UMKM yang ikut meramaikan gelaran Moro Borobudur 2021. Acara tersebut digelar secara hybrid dan disiarkan langsung dari Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ngadiharjo, Borobudur.
Kepada Bisnis, Mustakin menjelaskan bahwa acara tersebut telah membuka ruang promosi bagi usahanya. "Kami sangat senang dan bangga dengan acara Moro Borobudur ini. Makanya saya membuat batik khusus dengan tema Borobudur, ini saya buat batik spesial untuk acara Moro Borobudur," jelasnya.
Kirno Prasojo, Ketua Panitia Moro Borobudur 2021 mengungkapkan bahwa acara tersebut digelar sebagai wujud optimisme pelaku pariwisata di Kawasan Borobudur. Diharapkan, gelaran tersebut bisa memberikan dampak positif bagi pelaku usaha pariwisata di sekitar Borobudur. Terlebih setelah hampir dua tahun terdampak pandemi Covid-19.
"Harapannya, dengan acara ini kita bisa menghidupkan kelompok kesenian supaya terus bertahan. Penyewaan sound system juga bisa tetap jalan. Event ini juga kita jadikan agenda rutin tahunan, di tahun 2022 akan kita selenggarakan lagi," jelas Kirno.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, Sinoeng Noegroho Rachmadi, mengapresiasi acara Moro Borobudur yang kembali digelar secara hybrid. Menurutnya, model acara tersebut sangat sesuai dengan gaya hidup New Normal. "Mudah-mudahan ini bisa menginspirasi daerah-daerah lainnya untuk menggelar acara secara hybrid," jelasnya.