Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pedagang Buku di Semarang Sepi Pesanan

Pelaksanaan PTM 100 persen tak memberikan dampak yang signifikan bagi omzet pedagang buku.
Marno, salah seorang pedagang buku di kawasan Stadion Diponegoro Kota Semarang, tengah menunggu pembeli pada Jumat (7/1/2022) siang./BISNIS-Muhammad Faisal Nur Ikhsan.
Marno, salah seorang pedagang buku di kawasan Stadion Diponegoro Kota Semarang, tengah menunggu pembeli pada Jumat (7/1/2022) siang./BISNIS-Muhammad Faisal Nur Ikhsan.

Bisnis.com, SEMARANG - Raut kebahagiaan tak terlihat dari wajah Marno. Dahulu, pria tersebut bisa kebanjiran pesanan setiap memasuki tahun ajaran baru. Meskipun pelajar Kota Semarang telah kembali melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen, namun saat ini Marno tak berani berharap banyak. Pasalnya, permintaan buku pelajaran di Kota Semarang masih lesu.

"Dulu [omzet] saya bisa sampai Rp2 juta sehari. Tapi karena Covid-19, efeknya lumayan sekali. Hari ini saja saya baru pegang Rp300.000," ucap Marno ketika ditemui Bisnis pada Jumat (7/1/2022).

Sebagian besar buku yang dijual Marno adalah buku pelajaran. Tak cuma buat pelajar SD, SMP, ataupun SMA. Bahkan, Marno juga menyediakan buku-buku perguruan tinggi dari berbagai bidang ilmu.

Selain tahun ajaran baru, biasanya Marno bisa meraup untung di masa-masa awal pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Hal yang sama juga dirasakan pemilik toko buku di kawasan tersebut. Buku latihan ujian CPNS laris manis diburu pembeli.

"Tahun 2019 misalnya, saya bisa jual 100 buku per hari. Itu awal-awal pendaftaran CPNS. Bahkan, sampai pesan lagi ke penerbit, saking larisnya," jelas Marno.

Namun, selama dua tahun terakhir, baik tahun ajaran baru maupun masa pendaftaran CPNS hanya dilewati begitu saja tanpa peningkatan omzet yang berarti. Marno menduga bahwa pola pembelajaran secara daring telah mengubah cara belajar anak-anak. Sebab kini ada banyak cara untuk bisa membaca buku, misalnya saja lewat komputer ataupun telepon pintar.

"Tahun 2020-2021 itu orang yang cari buku soal CPNS juga makin beragam. Banyak yang request, tapi ketika barangnya ada mereka belum tentu bisa beli," jelas Marno. Sepinya penjualan buku juga begitu terasa terutama sejak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilaksanakan.

"Orang-orang jadi gak mampu beli buku karena musim Corona, semua harga jadi naik," tambahnya.

Dalam catatan Bisnis, merosotnya penjualan buku di Tanah Air sudah terlihat sejak awal pandemi Covid-19. Mizan, penerbit yang telah berusia puluhan tahun, bahkan sempat mengalami penurunan omzet hingga 20 persen pada tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper