Bisnis.com, SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV/2021 tumbuh 5,42 persen (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,73 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, mengatakan dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang terbesar adalah investasi, dengan andil terhadap PDRB sebesar 2,14 persen dan pertumbuhan sebesar 7,12 persen (yoy).
"Kinerja investasi didorong oleh percepatan pembangunan proyek strategis nasional di antaranya tol Semarang-Demak, tol Jogja-Bawen, tol Solo-Jogja, dan kawasan industri Batang. Pada sektor swasta, investasi dilakukan untuk memenuhi peningkatan permintaan domestik dan global," kata Rahmat, Selasa (15/2/2022).
Dia menjelaskan, peningkatan pesanan (order) diakomodir dengan meningkatkan kapasitas produksi serta pembangunan pabrik/gedung baru. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan kapasitas utilisasi pelaku usaha di Jawa Tengah meningkat dari 75,34 persen pada triwulan III 2021 menjadi 77,17 persen pada triwulan IV 2021.
Peningkatan PDRB juga didorong oleh kinerja ekspor luar negeri Jawa Tengah yang tumbuh sebesar 55,43 persen (yoy). Hal ini sejalan dengan peningkatan ekspor non-migas Jawa Tengah yang tumbuh sebesar 44,56 persen (yoy) pada triwulan IV 2021, lebih tinggi dan triwulan III 2021 32,75 persen (yoy), terutama didorong oleh ekspor komoditas tekstil dan produk tekstil (TPT), kayu dan furnitur, serta alas kaki.
"Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan dari negara mitra dagang utama yakni Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa, serta pengalihan order dari negara produsen lainnya seperti Vietnam akibat pembatasan mobilitas di negara tersebut," ujarnya.
Baca Juga
Konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa terbesar terhadap perekonomian Jawa Tengah tumbuh sebesar 2,91 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,75 persen (yoy). Konsumsi rumah tangga mulai membaik sejalan dengan pelonggaran kebijakan PPKM serta perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Sementara itu, lanjutnya dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan terbesar PDRB triwulan IV 2021 berasal dari LU Industri Pengolahan dengan andi terhadap PDRB sebesar 2,02 persen dan pertumbuhan sebesar 6,00 persen (yoy). Hal ini didorong oleh permintaan global dan domestik yang membaik.
"Relokasi pabrik alas kaki ke Jawa Tengah semakin meningkatkan produksi industri pengolahan di Jawa Tengah. Pemanfaatan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) untuk sektor esensial berorientasi ekspor dan domestik serta padat karya, mampu menjaga produktivitas sektor Industri," jelasnya.
Sejalan dengan itu, kinerja LU perdagangan juga tumbuh positif sebesar 5,52 persen (yoy). Selain didorong oleh pelonggaran PPKM dan peningkatan permintaan di periode Nataru, peningkatan ini juga didorong oleh insentif pemerintah berupa relaksasi PPnBM kendaraan bermotor dan PPN yang berdampak terhadap perbaikan kinerja penjualan kendaraan bermotor dan properti.
"Dengan pertumbuhan pada triwulan IV 2021, perekonomian Jawa Tengah selama 2021 tumbuh 3,32 persen (yoy), meningkat dibandingkan 2020 yang sebesar -2,65 persen (yoy)," tuturnya.
Menurutnya, perbaikan ekonomi Jawa Tengah pada 2021 didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan global. Dari sisi pengeluaran, sumbangan terbesar peningkatan PDRB bersumber dari investasi dan konsumsi rumah tangga.
Dari sisi lapangan usaha, lapangan usaha perdagangan memiliki andil terbesar terhadap peningkatan ekonomi Jawa Tengah di 2021 diikuti oleh UU industri pengolahan dengan sumbangan terhadap PDRB masing-masing sebesar 0,84 persen dan 0,78 persen.
Peningkatan LU perdagangan dan industri pengolahan tersebut juga tercermin pada kenaikan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha yang tercatat 5,81 persen, lebih tinggi dari 2020 sebesar -19,45 persen. Prompt Manufacturing Index (PMI) Jawa Tengah juga meningkat menjadi 48,50 selama 2021, lebih tinggi dari 35,80 pada tahun sebelumnya.
Dia menambahkan, pemulihan ekonomi Jawa Tengah diperkirakan terus berlanjut didukung oleh akselerasi vaksinasi, dan membaiknya perekonomian global yang selanjutnya meningkatkan ekspor luar negeri Jawa Tengah dan berdampak positif terhadap industri di Jawa Tengah.
"Dukungan bantuan sosial yang berlanjut di 2022, peningkatan aktivitas industri pengolahan, disertai perbaikan upah minimum, akan menjadi motor penggerak konsumsi masyarakat dan peningkatan permintaan domestik. Jawa Tengah yang memilki kawasan industri terpadu, akan menjadi penarik investor dalam merelokasi pabrik maupun investasi teknologi terkini," katanya.
Selain itu, kinerja investasi diperkirakan juga meningkat, ditopang oleh investasi pemerintah dan swasta. Selain itu, peran stimulus fiskal dan kenaikan penyerapan anggaran berkontribusi positif dalam menyangga pemulihan ekonomi.
"Untuk itu, guna mendorong produktivitas sektor-sektor utama di Jawa Tengah dan menjaga iklim investasi agar tetap kondusif, sinergi antar pemangku kebijakan menjadi syarat utama bagi pemulihan ekonomi dan menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah yang berkesinambungan," katanya. (k28)