Bisnis.com, SEMARANG – Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DI Yogyakarta, mendorong koperasi untuk bisa bertransformasi dan memodernisasi diri.
“Untuk dapat bertahan di era ini, transformasi menuju koperasi modern dengan memaksimalkan teknologi digital adalah sebuah keniscayaan. Disamping perlunya penanganan koperasi secara lebih masif dengan tetap mendasarkan pada prinsip kooperatif, semangat kolaboratif, nilai profesional, dan yang untuk kesejahteraan seluruh anggotanya,” jelas Sri Sultan dalam sambutan acara Gebyar Koperasi Istimewa yang digelar pada Senin (25/7/2022).
Koperasi modern sendiri, menurut Sri Sultan, merujuk pada perluasan akses pembiayaan serta kemitraan koperasi. Modern juga mencakup kemampuan adaptasi teknologi serta restrukturisasi kelembagaan dengan amalgamasi atau peleburan antar koperasi.
Gubernur DI Yogyakarta menjelaskan upaya modernisasi bisa dilakukan dengan memperbaiki ekosistem koperasi agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Harapannya langkah tersebut bisa menguatkan peran koperasi di lapisan masyarakat terkecil, misalnya di desa-desa.
“Koperasi seharusnya menjadi jawaban atas penguatan skema kelembagaan secara riil di wilayah pedesaan, mampu mendorong pengurangan angka kemiskinan, dan menekan ketimpangan. Melalui pengembangan koperasi sektor riil modern, diharapkan dapat menumbuhkan kekuatan ekonomi lokal dan pusat pertumbuhan ekonomi baru yang sinergis dengan skema pengembangan kawasan,” jelas Sri Sultan.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop-UKM) Provinsi DI Yogyakarta, Srie Nurkyatsiwi, menyebut pihaknya bakal terus melakukan pendampingan bagi koperasi-koperasi di wilayah tersebut. Sebagai informasi, hingga Juli 2022, jumlah koperasi di DI Yogyakarta mencapai 1.982 unit dengan sebaran Badan Hukum Provinsi dan Kabupaten.
Baca Juga
“Hingga akhir Semester I/2022 ini jumlah paling banyak adalah koperasi konsumen, diikuti koperasi simpan pinjam. Ini sejalan dengan apa yang diarahkan dari pemerintah, untuk kedepannya mendorong kepada koperasi-koperasi sektor riil,” jelas Srie.
Untuk mencapai target tersebut, Srie mengimbau pengurus koperasi simpan pinjam di wilayah DI Yogyakarta untuk bisa mempertimbangkan strategi amalgamasi. Langkah tersebut dilakukan guna memperkuat koperasi simpan pinjam yang beroperasi di DI Yogyakarta, sembari memperbaiki indikator kesehatan koperasi.
Dalam acara tersebut, Srie memang banyak menekankan pentingnya menjaga tingkat kesehatan koperasi. Pasalnya, di masa pandemi Covid-19, koperasi-koperasi di DI Yogyakarta mengalami berbagai kendala dalam menjalankan usahanya. Mulai penurunan omzet, penundaan Rapat Anggota Tahunan, hingga penarikan simpanan dari para anggotanya.
“Di saat pandemi Covid-19, atas arahan Bapak Gubernur dan komitmen Pemerintah Daerah DI Yogyakarta ada bantuan melalui bantuan Belanja Tak Terduga, [berasal dari] Dana Keistimewaan, kepada koperasi-koperasi yang anggotanya di saat itu mengalami pemberlakuan PPKM,” jelas Srie.