Bisnis.com, SEMARANG — Enam tenant di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) tengah memulai proses konstruksi di atas lahan Fase I seluas 450 hektare.
"Kami harapkan di Kuartal II/2024 itu keenam pabrik ini sudah beroperasi semuanya. Ini kita proyeksikan ada sekitar 3.000-4.000 pekerja," jelas Direktur Utama KITB, Ngurah Wirawan dikutip, Jumat (14/7/2023).
Ngurah menjelaskan bahwa infrastruktur penunjang operasional pabrik di lahan Fase I sudah hampir rampung. Saat ini, masih ada pengerjaan fasilitas pengolahan limbah yang ditargetkan rampung pada tahun ini.
Pemerintah sendiri memang relatif membuka pintu lebar-lebar bagi investor yang ingin masuk ke lahan Fase I KITB. Mulai pabrik kaca, keramik, sepatu, hingga peralatan kesehatan telah teken kontrak buat membangun pabrik di sana. Lain cerita dengan lahan Fase II yang tengah disiapkan.
"Di Fase II dan selanjutnya yang antre itu industri pionir dan industri masa depan, seperti pabrik panel surya, pabrik baterai Electric Vehicle, semikonduktor, smelter untuk bahan baku solar wafer, jadi kami memang mulai membatasi diri untuk memberikan karpet merah bagi industri masa depan," jelas Ngurah, Kepada Tim Jelajah Investasi Jawa Tengah.
Tentunya, industri masa depan itu membutuhkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil pula. Ngurah sendiri optimis, dengan ruang pendidikan dan pelatihan yang bakal disediakan, akan ada banyak tenaga kerja asal Jawa Tengah dan sekitarnya yang bisa diserap di kawasan industri berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut.
Baca Juga
KITB bersama Pemerintah Kabupaten Batang juga telah menyiapkan aplikasi Batang Career buat menjembatani kebutuhan tenaga kerja tenant dengan para pencari kerja. "Banyak orang yang meragukan mampu tidak ya warga lokal kita, saya yakin mampu," tegas Ngurah.
Liputan ini merupakan bagian dari program Jelajah Investasi Jawa Tengah 2023: Daulat Pangan dan Energi. Program tersebut terselenggara berkat dukungan dari para sponsor yakni Grand Batang City, PT PLN Persero, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Nasmoco, XL Axiata, serta PT Jamkrida Jateng.