Bisnis.com, JAKARTA – Rugi PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) sepanjang 2016 mampu ditekan 33,28%. Kendati pendapatan juga berkurang 7,58%, tetapi beban pokok penjualan juga mampu ditekan 10,29%.
Dalam laporan keuangan 2016 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia Kamis (30/3/2017), perseroan mencatatkan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$11,87 juta pada 2016, atau berkurang 33,28% dari US$US$17,79 juta pada 2015.
Meskipun pendapatan perseroan pada 2016 berkurang 7,58% dari US$390,05 juta pada 2015 menjadi US$360,48 juta pada tahun lalu, tetapi beban pokok penjualan juga mampu ditekan sebesar 10,29% menjadi US$342,58 juta pada 2016 dari US$381,9 juta pada 2015.
Akhirnya, laba kotor perseroan mampu meningkat 119,63% dari US$8,15 juta pada 2015 menjadi US$17,9 juta pada 2016. Namun, beban umum dan administrasi mengalami peningkatan tipis sebesar 6,95% menjadi US$15,39 juta pada 2016 dari US$14,39 juta pada 2015.
Padahal, perseroan mampu menekan beban keuangan sebesar 43,38% dari US$7,86 juta pada 2015 menjadi US$4,45 juta pada 2016. Selain itu, beban penjualan juga mampu ditekan 25,95% menjadi US$7,99 juta pada 2016 dari US$10,79 pada 2015.
Bahkan, perseroan juga meraup pemasukan dari penyelesaian atas klaim asuransi yang meningkat 231,76% dari US$1,7 juta pada 2015 menjadi US$5,64 juta. Bahkan, pendapatan lain-lain perseroan juga melonjak 280,13% dari US$309.069 pada 2015 menjadi US$1,17 juta pada 2016.
Hanya saja, sepanjang 2016, perseroan mencatatkan kerugian selisih kurs sebesar US$3,88 juta. Padahal, pada 2015, perseroan mampu meraup laba selisih kurs sebesar US$11,24 juta. Akhirnya, perseroan mencatatkan kerugian bersih tahun berjalan sebesar US$11,87 juta pada 2016, berkurang 33,28% dari US$17,79 juta pada 2015.
Dalam laporan keuangan tersebut dijelaskan pendapatan penjualan sepanjang 2016 turun menjadi US$356 juta dibandingkan dengan US$387 juta pada 2015. Penurunan tersebut disebabkan harga spot dari paraxylene (PX) dan purified terephthalic acid (PTA) untuk tahun 2016 menurun dan harga rata-ratanya masing–masing lebih rendah 6,4% dan 5%, yang selanjutnya mendorong turunnya harga polyester dan tetap tertekannya marjin.
Manajemen perseroan dalam laporan itu juga menyebutkan jika pasar domestik masih lesu sepanjang tahun lalu dan aktivitas lainnya yang melambat karena jatuhnya konsumsi eceran dan persaingan harga yang ketat karena impor murah dari serat polyster dan benang.
Harga dan marjin benang filament beberapa kali terkena dampak, khususnya karena pasokan yang berlebihan dan kurangnya permintaan dari sektor turunan tenun dan rajut. Oleh karena itu, produksi benang dibatasi mengingat kurangnya permintaan untuk jenis produk tertentu.
Perseroan menjelaskan secara keseluruhan penurunan produksi benang mencapai 3,25% dibanding tahun 2015, sementara produksi fiber dan polymer sedikit lebih tinggi. Penurunan penjualan 7,5% dari tahun sebelumnya terutama disebabkan penurunan harga jual dan sedikitnya jumlah produksi. Namun, kinerja dari divisi penjualan Fabrics meningkat menjadi US$8,59 juta pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$7,74 Juta.
Pada 2016, volume produksi dan pemanfaatan kapasitas yang ada di Karawang meningkat, sedangkan volume produksi di Semarang turun karena pengurangan produksi akibat kondisi pasar.
Pabrik PTA di Karawang ditutup sementara dari November 2015, kebutuhan atas PTA diperoleh dengan membeli dari pihak luar. Secara keseluruhan, perseroan telah mencapai tingkat pemanfaatan kapasitas lebih dari 90% di kedua lokasi tersebut.
Hanya saja, perseroan optimistis pada tahun ini penjualan akan meningkat sekitar 10% seiring dengan adanya peningkatan harga bahan baku setelah pada tahun lalu mencatatkan penurunan penjualan sebesar 9%-11%.
KINERJA 2016, Rugi Asia Pacific Fibers Ditekan 33,28%
Rugi PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) sepanjang 2016 mampu ditekan 33,28%. Kendati pendapatan juga berkurang 7,58%, tetapi beban pokok penjualan juga mampu ditekan 10,29%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Lukas Hendra Tri Meliyanto
Editor : Miftahul Ulum
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
