Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RISET & FOKUS PEMERINTAH, Tanaman Non Pangan Terabaikan

Kementerian Pertanian didorong meningkatkan riset perkebunan dan melakukan inovasi untuk menggenjot produksi tanaman pangan.

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian didorong meningkatkan riset perkebunan dan melakukan inovasi untuk menggenjot produksi tanaman pangan.

Direktur Eksekutif CIDES (Center for Information and Development Studies) Indonesia Rudi Wahyono menuturkan, perencanaan produksi tanaman pangan dan non pangan tidak seimbang. Pemerintah cenderung menggenjot produksi tanaman pangan, sementara tanaman non pangan terabaikan.

Akibatnya, produksi tanaman pangan mengalami tren penurunan. Dia mencontohkan, berdasarkan data Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), tren produksi tembakau mengalami penurunan tajam akibat cuaca ekstrem dan penyusutan lahan sebesar 28% sejak 2012.

"Jawa Timur yang menjadi sentra produksi tembakau 50% dari produksi nasional, sekarang sudah turun. Begitu pula dengan teh. Padahal, ini terkait hajat hidup orang banyak," tuturnya, Rabu (26/7/2017).

Menteri Pertanian pada 2004-2009 Anton Apriyantono mengatakan, perhatian pemerintah terhadap komoditi perkebunan belum sebaik seperti pada tanaman pangan. Belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap pertanian non pangan. Diantara dampak perubahan iklim yakni musim tanam menjadi tidak menentu.

"Padahal, potensi Indonesia ada di perkebunan, bukan tanaman pangan. Maka, kenapa penjajah datang karena ada perkebunan seperti, rempah-rempah," katanya dalam kesempatan yang sama.

Keterlambatan melakukan inovasi menyebabkan produksi tanaman non pangan semakin mengalami penurunan. Riset perkebunan juga tidak banyak dilakukan.

Sebenarnya, ketika menjabat pada 2004-2009, telah dirintis pusat riset perkebunan di area seluas 3.000 ha di Sumatera Selatan, guna melakukan riset komoditi perkebunan secara intensif seperti, kopi, kelapa sawit, kakao, dan gula. Sayang, rintisan ini tidak berlanjut pada kepemimpinan berikutnya.

"Tidak bisa hanya mengandalkan PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) dengan 60 peneliti. Sementara, Malaysia ada 600 peneliti. Perlu ada pusat riset yang dapat melakukan riset secara intensif dan banyak. Jika tidak, maka kita akan kalah saing, baik kualitas maupun produktivitas," imbuhnya dalam kesempatan sama.

Berdasar Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian, ekspor tembakau per Juni 2017 sebesar 18.696 ton. Adapun, pada 2016 sebesar 28.005 ton, turun dari 2015 sebesar 30.675 ton.

Begitu pula pada teh, ekspor teh pada 2015 sebesar 61.951 ton, turun menjadi 51.319 ton pada 2016. Adapun, per Juni 2017 sebesar 27.082 ton.

Pakar Agribisnis Iskandar Andi Nuhung mengatakan, tanaman non pangan seolah menjadi anak tiri. Energi dan anggaran pemerintah lebih banyak tersedot untuk menggenjot produksi padi dan jagung.

Dia yang juga direktur eksekutif Dewan Minyak Sawit Indonesia, mendorong upaya perbaikan pada tanaman non pangan, khususnya kelapa sawit.

"Komoditi pertanian yang masih eksis hanya sawit, padi, dan jagung. Yang lain, tiarap. Tanpa ada perbaikan, maka kelapa sawit tinggal menunggu waktu," kata dia.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian Dedi Junaedi mengatakan, riset perkebunan telah banyak dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), dan Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma).

"Riset perkebunan kita sudah cukup maju," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper