Bisnis.com, SEMARANG – Pemerintah, instansi, dan masyarakat diharapkan mampu untuk terus bersinergi dalam pendidikan dan pendampingan dalam pelaksanaan penyiaran informasi. Pasalnya, kepentingan-kepentingan industri justru merasuk kedalam konten dan mendominasi penyiaran.
Dikatakan Ketua Komisi Penyiaran Informasi Daerah (KPID) Jawa Tengah Budi Setyo Purnomo, pihaknya terus melakukan pengawasan dan pendampingan bagi masyarakat supaya memperhatikan apa yang ditonton maupun didengar melalui televisi atau radio sesuai tugas instansinya.
"Sekarang ini kan lebih banyak tayangan yang kontennya tidak bermanfaat bagi masyarakat, justru kepada industri itu sendiri. Sehingga yang seperti itu perlu kita sikapi bersama," ungkapnya Jumat (20/10/2017).
Menurutnya, konten-konten yang disiarkan oleh televiisi maupun radio masih banyak yang tidak sesuai dengan budaya-budaya asli di Indonesia. Budaya yang dimunculkan di sinetron-sinetron misalnya mengadopsi budaya barat yang di create seolah seperti budaya Indonesia.
Dari hal itu, kemudian anak-anak muda yang melihat tayangan tersebut tertarik dan melakukan peniruan hingga akhirnya dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari. itulah yang menjadi awal dari penyimpangan dan dampaknya buruk bagi masyarakat bahkan anak muda itu sendiri.
Oleh karena itu, pihaknya selalu melakukan literasi media, sehingga nantinya masyarakat menjadi lebih cerdas bermedia, cerdas menonton film. Ia menegaskan, yang paling penting adalah pendampingan oleh orangtua terhadap anaknya.
“Karena anak ketika menonton film itu dijadikan satu frame yang nantinya mereka ikuti. Disitulah peran-peran orangtua untuk melakukan pendampingan,” tegasnya.
Peran KPID sebagai lembaga yang membangun watak bangsa menjadi lebih baik tidak mudah dan membutuhkan proses serta waktuyang panjang. Hal ini harus selalu dijelaskan kepada orang tua maupun stakeholder KPID dan masyarakat yang peduli terhadap penyiaran.