Bisnis.com, SEMARANG – PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah atau SPJT mengandalkan lembaga pembiayaan untuk terlibat dalam pembangunan pipa gas Semarang-Cirebon.
Direktur Utama SPJT Krisdiani Syamsi mengatakan dana pembangunan jalan tol untuk gas ini mencapai US$490 juta dengan pemegang konsensi PT Rekayasa Industri (Rekind). Kepesertaan SPJT, kata dia ditargetkan sebanyaknya 10% atau setara investasi US$49 juta.
“Jika 70% dari pinjaman, maka yang menjadi porsi SPJT [sebanyak 30% setara] US$ 14,7 juta sekitar Rp199 milyar [kurs Rp13.000],” kata Krisdiani di Semarang, akhir pekan lalu.
Dia mengatakan untuk porsi SPJT sebesar 30% pihaknya menyiapkan sejumlah skenario. Pembiayaan akan mengandalkan dari beragam sumber.
Direktur SPJT J. Dwi Kuncoro mengatakan terdapat beberapa skim yang sedang disiapkan untuk merealisasikan partisipasi dalam jalan tol gas ini dapat terwujud. Akan tetapi dia enggan menjelaskan lebih detail. “Prinsipnya meleverage modal. Jadi tidak cash keluar, ini dalam proses,” katanya.
Meski skema pembiayaan telah disiapkan, Dwi mengatakan pihaknya baru akan mengucurkan penyertaan jika hasil kajian telah rampung. Terutama terkait sumber gas dan pembeli akhir yang siap menampung.
“Kajian ini akan kami lakukan dengan sungguh-sungguh yakni dengan menggandeng pihak yang netral dan kompoten. Dari kajian akan terbaca kemampuan offtaker [pengguna gas]. Yang membeli di mana dan berapa, setelah itu kita macth-kan dengan suplainya berapa,” katanya.
Dwi mengatakan terkait Rekind sebagai pemegang konsensi hanya diperpanjang 1 tahun oleh BPH Migas untuk memulai pembangunan setelah 10 tahun belum memulai tahapan konstruksi, pihak SPJT tidak mempermasalahkan.
Pasalnya, perusahaan baru akan memutuskan mengucurkan investasi setelah syarat dan kelayakan proyek terpenuhi. “Kami harus memastikan semuanya clear dulu, kalau tidak clear kami tidak akan berani,” katanya.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah Rukma Setyabudi mengharapkan jalur distribusi gas melalui pipa ini dapat segera terwujud. Pasalnya masyarakat industri di Jawa Tengah telah menunggu sangat lama, yakni mencapai 10 tahun untuk mendapatkan akses gas yang lebih murah dan selalu tersedia.
“Bagi kami, teknis silakan antar perusahaan [SPJT dan Rekind]. Yang terpenting masyarakat terlayani dengan baik. Jangan hanya persoalan teknis membuat masyarakat tidak terlayani dan berlarut-larut. Pelayanan kepada masyarakat seharusnya diutamakan, sehingga masyarakat lebih mudah dapat pasokan gas,” katanya.
Lebih lanjut politisi PDI Perjuangan ini mengingatkan meski mengharapkan segera teralisasi, pihaknya juga mengingatkan BUMD Jawa Tengah yang terlibat mengedepankan kehati-hatian. Jangan sampai investasi yang dikucurkan mandek sehingga berdapak merugikan masyarakat Jawa Tengah karena investasi yang terlanjur ditempatkan sulit ditarik kembali.
“Bagi kami [dengan hadirnya pipa gas Semarang-Cirebon] semoga bisa masyarakat terlayani dengan baik. [Juga jangan sampai] ada uang [investasi BUMD] macet dan mandek karena merugikan masyarakat,” katanya.
Pipa Cirebon-Semarang merupakan bagian dari proyek integrasi pipa gas TransJawa. Adapun, proyek TransJawa terdiri dari tiga proyek utama yaitu Jawa bagian Barat dengan nilai investasi US$300 juta dengan jalur Cirebon-KHT sepanjang 84 km dan Tegalgede-Muara Tawar 50 km. Kedua, Jawa bagian Utara senilai US$400 juta dengan jalur Cirebon-Semarang 235 km.
Terakhir, Jawa bagian Timur senilai US$360 juta dengan jalur Semarang-Gresik sepanjang 271 km dan East Java Gas Pipeline (EJGP)-Grati senilai US$58 juta 22,1 km. Pipa Gas Cirebon – Semarang sendiri diharapkan mulai dibangun pada 2018 dan rampung dalam 33 bulan.
Target ini setelah Rekind sebagai pemegang konsensi menggandeng Pertagas, serta BUMD Jawa Tengah dan Jawa Barat sebagai mitra strategis. Gabungan perusahaan ini akan membentuk perusahaan patungan dengan Rekind sebagai pemegang saham mayoritas.
Rekind yang merupakan anak usaha PT Pupuk Indonesia (Perseo) itu telah mengantongi konsensi jalur pipa gas ini semenjak 2006. Dalam rapat dengan komisi energi DPR RI, Badan Pengatur Hulu Minyak dan Gas (BPH Migas) menyatakan memberi perpanjangan waktu 1 tahun kepada perusahaan untuk merealisasikan target jalan tol bagi gas ini.