Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sambut HUT ke-80 RI, Intani - Pegadaian Latih 80 Petani Ramah Lingkungan

Intani dan Pegadaian latih 80 petani di Cilacap dan Banyumas untuk pertanian organik ramah lingkungan, mendukung swasembada pangan dan kesejahteraan petani.
Intani bersama PT Pegadaian menggelar pelatihan pertanian terpadu, rendah karbon, dan ramah lingkungan di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dalam rangka HUT ke-80 RI. Dok Istimewa
Intani bersama PT Pegadaian menggelar pelatihan pertanian terpadu, rendah karbon, dan ramah lingkungan di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dalam rangka HUT ke-80 RI. Dok Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) bersama PT Pegadaian menggelar pelatihan pertanian terpadu, rendah karbon, dan ramah lingkungan di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Pelatihan pertanian organik yang diselenggarakan pada tanggal 5 dan 7 Agustus 2025 ini diikuti oleh 12 kelompok tani.

Sebanyak 30 peserta dari 4 kelompok tani mengikuti pelatihan di Balai Desa Kalijaran Kecamatan Maos Cilacap, Selasa (5/8/2025). Dan 34 petani dari 8 kelompok tani mengikuti pelatihan di Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas, Kamis (7/8/2025). Pelatihan juga dihadiri sejumlah aparat desa dan penyuluh pertanian, sehingga total yang hadir dalam pelatihan mencapai 80 orang.

"Pelatihan pertanian terpadu, rendah karbon, dan ramah lingkungan di bulan Agustus ini juga turut memeriahkan peringatan HUT ke-80 RI," ungkap Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja Mahardika. 

Guntur mengapresiasi pemerintahan yang dipimpin Presiden Prabowo yang berpihak kepada petani dan menjadikan swasembada pangan menjadi prioritas pembangunan nasional.

Menurutnya, saat ini petani bahagia dengan berbagai kebijakan pemerintah, diantaranya penetapan harga pokok pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen Rp6.500 dan HPP jagung Rp5.500 per kilogram.

"Kebijakan ini memberikan kepastian harga saat petani panen serta mendapat keuntungan," tutur Guntur.

Dalam rangka mendukung program swasembada pangan nasional, Intani bersama Divisi Enviromental, Social, Governance (ESG) PT Pegadaian mengembangkan Kampung Swasembada Pangan Lestari (KSPL).

Program ini sebagai tindak lanjut dari program The Gade Integrated Farming (TGIF) yang berjalan sejak 2023 dengan mengusung konsep pertanian terpadu, rendah karbon, dan ramah lingkungan.

Saat ini, lanjutnya, sudah 124 kelompok tani mendapat pelatihan dan 42 orang diantaranya sudah mengikuti bimbingan teknis dan uji kompetensi fasilitator pertanian organik bersertifikat Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP).

Perwakilan Divisi ESG PT Pegadaian Rudianto menyampaikan program ini sebagai kepedulian Pegadaian kepada para petani untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani dengan pertanian organik yang ramah lingkungan.

"Pegadaian bersama Intani tidak hanya memberikan pelatihan terus ditinggalkan, tapi juga melakukan pendampingan dan percontohan pertanian terpadu di lokasi gabungan kelompok tani," jelas Rudianto.

Tokoh masyarakat yang menjadi penasehat gabungan kelompok tani di Desa Kalijaran Cilacap Budiyanto bersama Kepala Desa Kalijaran Sudarsono mengapresiasi para petani yang penuh semangat mengikuti pelatihan pertanian terpadu yang didukung oleh Intani dan Pegadaian.

Ia berharap segera diimplementasikan para petani dan didampingi Intani hingga petani mandiri.

Kepala Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas Sugeng Pujiharto dan penasehat Gapoktan Dewi Sri Soegeng Suratno menyatakan Desa Rempoah memiliki lahan pertanian luas dan berkomitmen untuk mengembangkan pertanian organik dan ramah lingkungan. Mereka menyemangati para pertani untuk mengaplikasikan pertanian terpadu dan organik.

Ketua Umum Intani menjelaskan setidaknya ada tiga manfaat besar bagi petani ketika menerapkan pertanian terpadu dan ramah lingkungan.

Pertama, mengurangi limbah yang merusak lingkungan (zero waste), kedua efisiensi sumberdaya dan biaya, dan ketiga meningkatkan keuntungan petani.

Ia menjelaskan, pertanian organik perlu dikembangkan untuk memulihkan lahan pertanian yang rusak akibat penggunaan pupuk sintetis dan obat-obatan yang berlebihan. Organisasi Pangan Dunia (FAO) dalam publikasinya, sekitar 69% lahan pertanian di Indonesia kritis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro