Bisnis.com, SOLO—Sebanyak 28 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Soloraya bersedia menggunakan aplikasi pengajuan kredit super mikro untuk melawan rentenir yang difasilitasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo.
Kepala Bagian Pengawasan Perbankan OJK Solo, Bambang Triono, menyampaikan ada 30 BPR yang diundang pada acara sosialisasi aplikasi pengajuan kredit super mikro yang diadakan di Ruang Rapat I Kantor OJK Solo, Rabu (25/10). Namun hanya 29 BPR yang hadir pada kesempatan itu. Sebanyak 28 BPR menyatakan tertarik untuk menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh Alfa Technosoft dari Semarang ini.
Menurut dia, satu BPR, yakni BPR Artha Sari Sentosa, sudah memiliki aplikasi yang penggunaannya mirip sehingga tidak akan menggunakan aplikasi yang ditawarkan.
Pertemuan tersebut tak sekadar sosialisasi tapi juga untuk penyempurnaan fitur aplikasi dari masukan BPR. Di Solo ada 74 BPR, 29 BPR yang menggunakan aplikasi atau sekitar 40% sudah menggunakan aplikasi hal itu dinilai sangat baik untuk membendung praktik rentenir.
Nantinya akan ada memorandum of understanding (MoU) antara Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Soloraya dengan Alfa Technosoft.
“Tak hanya memberi kemudahan ke masyarakat untuk mendapat pembiayaan yang cepat tapi layanan kredit super mikro ini juga merupakan pintu masuk bagi masyarakat untuk mengakses perbankan, terutama BPR. Hal ini karena cukup banyak nasabah yang mengajukan kredit super mikro dengan plafon maksimal Rp2 juta per orang kemudian di upgrade ke produk kredit umum,” ujarnya saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (25/10/2017).
Dia mengungkapkan pelaksanaan sama seperti yang diterapkan oleh BPR Artha Sari Sentosa. BPR yang berlokasi di Sukoharjo tersebut dalam waktu dua hingga tiga bulan sudah ada 500 nasabah dengan rata-rata pinjaman Rp1 juta.
Dia mengatakan dari plafon pinjaman Rp500 juta, bagi debit atau saldo pinjaman saat ini Rp350 juta dengan non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah 0% karena menerapkan sistem menabung sehingga angsuran langsung autodebet dari tabungan.
“Akan ada user acceptance testing (UAT) atau uji coba yang dilakukan di enam kabupatan dan satu kota di Soloraya yang bekerja sama dengan BPR milik pemerintah daerah. Pelaksanaan uji coba ini dilakukan maksimal 15 setelah pertemuan hari ini [kemarin],” jelasnya.
Uji coba tidak dilakukan langsung ke lapangan tapi menggunakan dummy. Hal ini karena belum seluruh BPR yang dimiliki pemda telah mengajukan izin produk baru, khususnya kredit super mikro. Bambang mengungkapkan baru empat BPR yang telah mengantongi izin menyalurkan kredit super mikro ini, yakni PD BPR Bank Solo, PD BPR BKK Karanganyar, dan PD BPR BKK Wonogiri yang merupakan milik pemda serta BPR Artha Sari Sentosa yang merupakan milik swasta.
“Secepatnya 25 BPR lainnya akan segera mengajukan izin produk baru ke OJK sehingga diharapkan aplikasi ini bisa segera digunakan setelah uji coba selesai dilakukan,” kata dia.
Menurut dia, tidak menutup kemungkinan BPR lain bisa ikut bergabung menggunakan aplikasi tersebut. Hal ini supaya semakin banyak masyarakat yang bisa mengakses perbankan, khususnya BPR. Tahap awal ini sasaran pemanfaatan aplikasi adalah pedagang pasar karena mudah untuk diidentifikasi dan memiliki lokasi jualan tetap. Ke depan jika sudah stabil dan berkembang dengan baik, sasaran pemanfaatan aplikasi kredit super mikro ini juga menyasar sektor lainnya.