Bisnis.com, SEMARANG—Investasi Minyak dan gas (Migas) butuh dukungan swasta untuk mengembangkan sejumlah potensi migas yang belum tereksplorasi dengan baik terutama di daerah Indonesia timur seperti Maluku dan juga di Papua.
Vice President Manajement Representatif SKK Migas Elan Biantoro, mengatakan sejumlah tempat berisiko tinggi untuk dilakukan eksplorasi. Karena seperti kepulauan ambalat dan daerah perbatasan Provinsi Papua dengan negara Papua Nugini karena sumber minyak yang cukup banyak
"Sebetulnya negeri ini sangat kaya akan sumber daya minyak maupun gas, namun karena kurangnya eskplorasi menyebabkan sumber yang dulu menghasilkan migas melimpah kini lama kelamaan mulai habis," tuturnya dalam acara Oil and Business Processing and Stakeholder Engagement Rabu (22/11/2017).
Setiap tahun Indonesia bisa menghasilkan minyak sebesar 3,5 miliar barel, namun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehingga harus impor dari Arab Saudi yang mempunyai minyak melimpah.
Elan menambahkan, jika semua dibebankan ke Pertamina tidak akan cukup harus ada bantuan dari pihak swasta terutama investor asal luar negeri dengan modal yang cukup besar untuk melakukan eksplorasi minyak maupun gas.
"Sejumlah daerah mulai ditemukan sumber minyak, namun masih kurang untuk pemanfaatannya karena keterbatasan tekhnologi seperti di Cepu, Gresik, Rembang,Kendal dan juga Blora," tuturnya.
Ia mencontohkan, seperti di Arab Saudi, hanya punya sumber minyak namun pengelolaan di serahkan ke pihak asing sehingga semua bersinergi demi mendapatkan hasil yang sangat banyak.
Sedangkan untuk industri minyak global, mulai kembali menggeliat karena naiknya harga minyak dunia akhir-akhir ini sehingga negara yang mempunyai Sumberdaya minyak berlebih giat melakukan eksplorasi.