Bisnis.com, SOLO—Solo masuk peringkat sepuluh besar kota dengan jumlah investor paling banyak dari 80 kota yang memiliki kantor perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI). Berbagai upaya edukasi pun terus dilakukan untuk meningkatkan jumlah investor pasar saham.
Kepala BEI Solo, M. Wira Adibrata, menyampaikan jumlah investor di Soloraya mencapai 18.726 orang sedangkan khusus Solo sebanyak 6.466 orang hingga November. Jumlah ini terus bertambah setiap bulannya. Apalagi kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) terus meningkat dan edukasi gencar dilakukan.
Selain memanfaatkan 12 galeri investasi, BEI juga melakukan edukasi ke sekolah menengah atas (SMA).
Dia mengatakan belum ada rencana membuka galeri investasi di SMA karena masih ada siswa yang belum cukup umur sehingga belum efektif menjadi investor baru. Oleh karena itu, di SMA lebih ke edukasi dan juga pembuatan mini library mengenai pasar saham sehingga diharapkan setelah lulus bisa sudah terbekali dan memasuki perguruan tinggi tertarik berinvestasi.
Selain itu, siswa tersebut diharapkan mampu membantu sosialisasi mengenai investasi yang baik dan menghindari investasi bodong.
“Sosialisasi akan terus dilakukan dengan menggandeng sejumlah pihak, termasuk industri keuangan lain yang tergabung dalam FKIJK [Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan] melalui program inklusi keuangan. Sasarannya tidak hanya mahasiswa tapi juga masyarakat umum,” ungkap laki-laki yang akrab disapa Wira ini kepada JIBI, Minggu (17/12/2017).
Dia mengungkapkan tahun ini penambahan investor di Soloraya sangat signifikan, terutama disumbang dari kalangan mahasiswa. Wira optimistis jumlah investor akan terus bertambah di tahun depan. Hal ini karena kinerja IHSG yang semakin kuat dengan menembus rekor baru diatas Rp6.000, yakni Rp6.163.
Kinerja pasar saham di penghujung tahun ini tumbuh positif. Komposisi investor domestik yang seimbang dengan investor luar negeri membuat pasar saham Indonesia makin stabil. Oleh karena jika ada aksi jual dari investor asing, pasar saham tidak mudah goyang karena pondasi kuat. Bahkan tahun politik pada 2018 dan 2019 dinilai tidak akan terlalu banyak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
“Semakin banyak investor domestik, semakin mencerminkan kondisi pasar riil Indonesia. Akhir tahun ini pun beda dengan tahun lalu karena lebih bergairah yang menunjukkan optimisme pasar di akhir tahun,” imbuhnya.