Bisnis.com, SEMARANG - Sebanyak 30% perusahaan terbuka kurang sehat akibat digerus digitalisasi maupun kecanggihan aplikasi, sehingga sejumlah sektor industri kurang berkembang dengan baik dan harga lembar saham yang ditawarkan turun.
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Semarang Fanny Rifqi mengatakan, saat ini banyak kecenderungan masyarakat lebih pintar dalam memilih saham yang akan mereka perjualbelikan dalam lantai bursa. Sehingga harus mewaspadai jika membeli saham di sektor tertentu.
"Saat ini sektor pertanian, pertambangan, dan transportasi terus mengalami penurunan, sebab di era modern seperti sekarang masyarakat lebih memilih investasi berbasis teknologi dan juga perbankan, agar saham yang beli jika dijual kembali memperoleh keuntungan," ujarnya, Minggu (24/12/2017).
Sementara itu untuk perkembangan saham di Kota Semarang terus alami peningkatan, khususnya kaum muda generasi milenial yang melek akan investasi dan ingin belajar bagaimana cara mengelola saham dengan baik.
Untuk pertumbuhan investor di Semarang juga cukup menggembirakan, sebab terus mengalami peningkatan yang signifikan mencapai 15 sampai 20% dari 13.000 investor menjadi 15.000 ribu investor yang aktif melakukan jual beli saham.
"Masyarakat Kota Semarang khususnya anak muda semakin tertarik menggeluti dunia saham sebab 30% investor di Semarang, merupakan anak muda yang berada dalam usia 17 hingga 20 tahun. Hal ini yang menyebabkan investor dikota ini terus bertambah," ujarnya.
Selain itu bertambahnya perusahaan sekuritas yang ada di Semarang juga menjadi penyebab tumbuhnya investor, baru sebelumnya ada 22 perusahaan sekuritas sekarang menjadi 25 perusahaan sekuritas.
Tahun depan sebagai tahun politik ia memprediksi, jumlah investor akan naik karena ekonomi diperkirakan tumbuh, selain itu suku bunga masih rendah serta inflasi yang terkendali membuat 2018 investasi Jateng seksi.