Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Terompet Tiup Sepi Karena Isu Difteri Viral

Sejumlah penjual terompet mengaku terompet tiup yang mereka jual di Jl. Slamet Riyadi saat digelar Solo Car Free Night (CFN) dalam rangka perayaan malam pergantian tahun tidak terlalu laku, Minggu (31/12) malam.

Bisnis.com, SOLO -- Sejumlah penjual terompet mengaku terompet tiup yang mereka jual di Jl. Slamet Riyadi saat digelar Solo Car Free Night (CFN) dalam rangka perayaan malam pergantian tahun tidak terlalu laku, Minggu (31/12) malam.

Banyak pengunjung lebih memilih membeli terompet pompa ketimbang terompet tiup. Salah satu penjual terompet asal Baki, Sukoharjo, Adi Raharjo, 30, mengatakan banyak pengunjung enggan membeli terompet tiup dengan alasan khawatir tertular difteri.
Menurut dia, para pengunjung tersebut mayakini bahwa terompet yang dijual pernah digunakan oleh orang lain saat dijajal. Bukan hanya itu, terompet juga diyakini pernah dijajal oleh sang pembuat.

"Cukup banyak calon pembeli yang tak mau membeli terompet tiup karena takut tertular difteri. Padahal menurut saya terompet aman-aman saja. Tapi mereka tetap tidak mau setelah saya tawari. Pengunjung akhirnya lebih memilih membeli terompet pompa," kata Adi saat ditemui JIBI di sela-sela menjajakan terompet di seberang Solo Grand Mall (SGM), Minggu malam.

Adi tidak bisa memaksa pilihan para pengunjung CFN tersebut. Lagi pula, dia juga diuntungkan dengan sikap masyarakat yang kini cenderung ragu untuk membeli terompet tiup. Adi senang terompet pompanya yang dijual lebih mahal ketimbang terompet tiup jadi laku keras.

Dia tetap meraih untung meski terompet tiupnya tak lagi laris. Pada pukul 22.37 WIB, 40 lebih terompet pompa yang Adi bawa telah ludes dibeli pengunjung CFN. Masing-masing terompet pompa berhasil dia jual dengan harga Rp20.000/buah hingga Rp25.000/buah.

"Saya sudah berjualan terompet sejak 10 tahun yang lalu. Tapi baru menjual terompet pompa pada 2014 lalu saat perayaan malam tahun baru 2015. Awal kali dijual, terompet pompa sudah diminati masyarakat, tapi sekarang lebih laris lagi. Banyak pengunjung datang langsung menawar terompet pompa. Saya rasa kondisi ini disebabkan oleh adanya isu penyakit difteri jadi banyak yang tidak berminat dengan terompet tiup. Selain itu, zaman juga sudah berubah. Selera masyarakat ikut berubah," jelas Adi.

Penjual terompet lain, Andi, juga merasakan hal yang sama. Terompet tiup yang dijual tidak laris. Banyak pengunjung yang memilih membeli terompet tiup. Warga Cemani, Sukoharjo tersebut mengaku cukup banyak pengunjung CFN yang ogah ditawari membeli terompet tiup karena alasan takut tertular difteri. Pengunjung khawatir jadi mengidap difteri setelah menempelkan mulut pada terompet tiup.

"Ada cukup banyak pengunjung yang menyampaikan kehawatiran tertular penyakit difteri. Hal itu kan memang sedang viral di media sosial ya? Ada kabar soal meniup terompet jadi berisiko tertular difteri. Menurut saya, kabar itu kurang benar. Terompet yang saya jual aman-aman saja. Tapi mau bagaimana lagi? Terompet tiup tidak lagi laku. Nanti saya jual ke kampung-kampung. Di sana terompet bisa laku. Kalau di kota, maunya terompet pompa," terang Andi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper