Bisnis.com, SEMARANG – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) mengklaim berhasil menurunkan angka kemiskinan di wilayahnya selama enam bulan terakhir. Jika pada Maret 2017, jumlah penduduk miskin di Jateng tercatat 4.450.720 orang atau sekitar 13.01% dari total penduduk, maka pada September 2017 menjadi 4.197.490 orang atau sekitar 12,23 persen.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jateng, Dadang Somantri, menyebutkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang disampaikan Selasa (2/1/2018), diketahui adanya pengurangan angka kemiskinan pada September 2017 dibandingkan Maret 2017 sekitar 253.230 orang.
“Secara nasional, penurunan kemiskinan di Jateng merupakan terbanyak kedua setelah Jawa Barat,” ujar Dadang dikutip dari laman Internet resmi Pemprov Jateng, Kamis (4/1/2018).
Selama periode Maret – September 2017, lanjut Dadang, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 73.510 orang, yakni dari 1.889.090 orang menjadi 1.815.580 orang. Sementara di daerah perdesaan, jumlah penduduk miskin turun 179.720 orang, dari 2.561.630 menjadi 2.381.910 orang.
Penurunan garis kemiskinan tersebut, kata Dadang, sebagian besar dipengaruhi peran komoditas makanan yang mencapai 73,38%.
Kondisi tersebut tak jauh berbeda pada Maret 2017, di mana komoditas pangan berpengaruh 73,41%. Jenis komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok, daging sapi, telur ayam ras, daging ayam ras, mi instan, dan gula pasir.
Sementara, sebagian lainnya dipengaruhi komoditas nonmakanan, seperti perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
“Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kemiskinan di Jawa Tengah di antaranya inflasi yang terkendali, di mana selama Maret 2017-September 2017 terjadi Inflasi sebesar 1,16%. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus meningkat dari 97,50 pada Maret 2017 menjadi 102,56 pada September 2017,” terang Dadang.