Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WISATA JATENG, Industri Perhotelan Hadapi Tantangan di Dua Sisi

Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah meminta bantuan pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur destinasi wisata sebagai upaya meningkatkan Tingkat Penghunian Kamar (TPK).
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, SEMARANG - Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah meminta bantuan pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur destinasi wisata sebagai upaya meningkatkan Tingkat Penghunian Kamar (TPK).

Pasalnya dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat hunian hotel di Jateng masih rendah yakni 44,28%.

Ketua PHRI Jateng Heru Isnawan mengatakan, dukungan pemerintah dirasa sangat penting untuk menumbuhkan perhotelan agar semakin maju. Sebab, sinergi antara pemerintah dan pengusaha merupakan kunci keberhasilan suatu usaha.

"Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk membangun infrastruktur pendukung beberapa tempat wisata, agar wisatawan betah berlama-lama dilokasi wisata tersebut, dan tentunya berimbas dengan meningkatnya hunian kamar hotel," kata Heru kepada Bisnis Kamis (5/4/2018).

Dikatakan Heru, pada awal tahun ini pemasukan perhotelan masih didominasi oleh pertemuan dan pameran (MICE) terutama beberapa hotel yang ada pada kota besar seperti Semarang, Surakarta, Tegal, Purwokerto. Pasalnya keempat kota tersebut banyak dinas yang sering mengadakan rapat di hotel.

Kendati demikian biasanya MICE akan menurun drastis pada bulan Ramadan karena kebanyakan beberapa instansi pemerintah lebih memilih rapat di kantor mereka masing masing-masing.

"MICE masih menjadi andalan kami untuk memperoleh pemasukan, sementara untuk hunian kamar hotel itu masih rendah tergantung dengan adanya event besar yang diadakan beberapa tempat wisata unggulan seperti dataran tinggi Dieng dan Candi Borobudur," katanya.

Sementara itu, lanjut Heru di tengah rendahnya tingkat hunian kamar hotel bisnis perhotelan di Jateng terus tumbuh signifikan. Sebab, saat ini jumlah hotel di Jateng ada lebih dari 200 unit yang tersebar di 35 kabupaten/kota.

Menurut Heru pemerintah harusnya membatasi tumbuhnya beberapa hotel baru di Jateng sampai bisnis perhotelan kembali membaik. Pasalnya dengan banyaknya hotel baru akan mematikan hotel lama yang belum bisa berkembang.

"Sudah sering saya sampaikan, sebaiknya perijinan hotel ditahan dulu sambil nunggu membaik. Jumlah hotel berbintang lebih dari 200 belum lagi non bintang & apartemen, home stay, kos kosan yang tentunya memberatkan pelaku bisnis perhotelan," ujarnya.

Dari data BPS Tingkat Penghuniian Kamar (TPK) hotel berbintang di Jawa Tengah pada bulan Februari 2018 tercatat sebesar 44,28%, mengalami penurunan sebesar 0,57 poin dibanding TPK bulan Januari 2018 yang tercatat sebesar 44,85%. Bila dibanding periode yang sama di tahun 2017 make TPK Februari 2018 mengalami kenaikan sebesar 2,26 poin.

TPK bulan Februari 2018 tertinggi terjadi pada hotel bintang 4 yaitu sebesar 54,55% dan terendah hotel bintang 1 sebesar 27,50%. Rata-rata Lama Menginap (RLM) tamu hotel bintang pada bulan Februari 2018 tercatat sebesar 1,37 malam, turun 0,06 poin dibanding bulan Januari 2018 yang tercatat sebesar 1,43 malam.

Pada bulan Februari 2018, RLM mancanegara tercatat sebesar 2,14 malam, mengalami kenaikan sebesar 0,38 poin dibandingkan bulan sebelumnya (Januari 2018) yang sebesar 1,76 malam. Sedangkan untuk RLM domestik yang tercatat 1,36 malam, mengalami penurunan 0,06 poin dibandingkan dengan periode Januari 2018 yang sebesar 1,42 malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper