Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Fenomena Perempuan Jateng Keluar Kerja Jadi Ibu Rumah Tangga

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan di Jateng mengalami penurunan sekitar 2,87%.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah (Jateng) menyebutkan jumlah pengangguran di Jateng semakin bertambah dalam satu tahun terakhir.

Total dari 770.000 orang pengangguran di Jateng, mayoritas merupakan kalangan perempuan.

Kepala BPS Jateng, Margo Yuwono, menyebutkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan di Jateng mengalami penurunan sekitar 2,87%. Jika pada Februari 2017 jumlah TPAK perempuan mencapai 59,99%, maka pada Februari 2018 jumlahnya menjadi 57,12% atau turun sekitar 2,87%.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan TPAK laki-laki yang justru mengalami peningkatan sekitar 1,27 % dibanding tahun lalu. Jika pada Februari 2017 TPAK laki-laki di Jateng hanya mencapai 80,81%, maka pada Februari 2018 berada di kisaran 82,53%.

“Banyak perempuan di Jateng yang memutuskan untuk keluar dari kerjaan. Alasannya karena ingin mengurus atau menjadi ibu rumah tangga,” ujar Margo saat sesi jumpa pers di kantor BPS Jateng, Kota Semarang, Senin (7/5/2018).

Margo menyebutkan jumlah pengangguran di Jateng mengalami peningkatan sekitar 16.000 orang selama satu tahun terakhir. Jika pada Februari 2017 jumlah pengangguran di Jateng tercatat sekitar 754.000 orang, maka pada Februari 2018 angka pengangguran meningkat menjadi 770.000.

Kendati pengangguran meningkat, jumlah angkatan kerja selama satu tahun terakhir juga mengalami pertumbuhan. Data BPS Jateng menyebutkan angkatan kerja di Jateng hingga 2018 mencapai 18,23 juta orang atau naik sekitar 224.000 orang dibanding Agustus 2017 dan naik sekitar 35.000 dibanding Februari 2017.

“Angkatan kerja mencerminkan jumlah penduduk yang secara aktual siap memberikan kontribusi terhadap produksi barang dan jasa di suatu wilayah,” ujar Margo.

Sementara itu berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah pengangguran di Jateng rata-rata berasal dari lulusan diploma (D3) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Sementara, jumlah angkatan kerja kebanyakan berasal dari lulusan SD maupun sarjana atau S1.

“Kalau dilihat dari pendidikan memang banyak lulusan SD yang justru menjadi angkatan kerja. Mereka kebanyakan tidak pilih-pilih untuk mendapatkan pekerjaan. Sementara, lulusan D3 atau SMK seringkali pilih-pilih dengan pekerjaan yang tidak sesuai bidang,” beber Margo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Solopos
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper