Bisnis.com, SEMARANG – Kendati nilai ekspor impor tekstil dan barang tekstil Jawa Tengah sepanjang Agustus 2018 mengalami penurunan dari Juli 2018, industri tersebut diyakini telah kembali menggeliat.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Dedi Mulyadi Ali mengatakan sepanjang Januari-Juli 2018 memang ada perlambatan di industri tekstil maupun garmen. Namun, sejak bulan lalu, pemesanan mulai meningkat.
Dia memperkirakan dalam dua hingga tiga bulan ke depan, realisasi ekspor tekstil dan barang tekstil dari Jateng akan meningkat signifikan.
"Dari awal tahun sampai Juli memang agak lesu, tapi sekarang pabrik-pabrik sudah banyak yang penuh pesanannya sampai Desember. Kecenderungannya memang terus meningkat," katanya kepada Bisnis, Selasa (18/9/2018)
Dedi mengungkapkan industri berbasis tekstil saat ini terus bergerak ke arah fesyen. Hal itu ditandai dengan peningkatan produksi garmen dibandingkan dengan tekstil biasa.
Menurutnya, hal itu justru menguntungkan para pengusaha. Pasalnya, margin yang bisa diperoleh dari garmen jauh lebih tinggi dari tekstil biasa.
"Produknya sekarang ke arah fesyen dan nilai jualnya juga tinggi. Yang basic margin-nya tipis," tuturnya.
Meskipun mulai menggeliat kembali, para pebisnis di industri tekstil masih berhati-hati dalam menyiapkan investasi baru dan lebih memilih untuk mengoptimalkan kapasitas produksi yang sudah ada.
Pasalnya, kendati permintaan dari pasar cenderung meningkat, beberapa faktor eksternal masih membebani ongkos produksi.
"Pengusaha berpikir bagaimana agar tetap bertahan. Ada yang wait and see, ada yang wait and worry," ujarnya.
Dia menuturkan nilai tukar rupiah menjadi salah satu tantangan terbesar dari sisi ongkos produksi. Pasalnya, sebagian besar bahan baku untuk industri tekstil masih diimpor.
Adapun berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) baik ekspor maupun impor untuk tekstil dan barang tekstil di Jateng mengalami penurunan dari US$220,86 juta pada Juli 2018 menjadi US$172,53 juta pada Agustus 2018. Sama halnya dengan impor, ekspor tekstil dan barang tekstil pun mengalami penurunan dari US$288,95 juta menjadi US$266,37 juta.
Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jateng Sri Herawati mengatakan secara keseluruhan, tekstil bersama mineral dan pesawat mekanik menjadi tiga komoditas penyumbang nilai impor tertinggi Jateng. Nilai impor untuk ketiga kelompok komoditas ini pada Agustus 2018 masing-masing sebesar US$746,59 juta, US$172,53 juta, dan US$285,71 juta.
Adapun total nilai impor Jateng pada Agustus 2018 mencapai US$1,55 miliar atau naik 18,71% dibanding impor Juli 2018 senilai US$1,3 miliar.