Bisnis.com, SRAGEN — Perwakilan para korban gempa dan tsunami Palu asal Sragen mendatangi Kantor Sekretariat Daerah (Setda) Sragen, Rabu (10/10).
Mereka mengadukan nasib dan meminta ada kepedulian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen, terutama untuk biaya hidup, santunan keluarga yang meninggal dunia, hingga mengurus pindah sekolah ke Sragen.
Sebanyak 10 orang perwakilan yang datang ke Kantor Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen. Namun hanya tiga orang di antaranya yang masuk ke ruang kerja Sekda Tatag Prabawanto untuk mengadukan nasibnya. Rombongan perwakilan para korban bencana Palu itu dikoodinasi Sugiyanto, salah satu korban selaman asal Kepok Dulang, Wonokerso, Kedawung, Sragen.
Sugiyanto mencatat ada 92 orang korban Palu yang selamat maupun luka-luka dan diduga meninggal dunia karena tidak diketahui rimbanya sampai sekarang.
“Kedatangan kami bertemu Pak Sekda untuk meminta solusi atas musibah yang dialami puluhan korban bencana Palu. Ada tiga hal yang kami sampaikan ke Pak Sekda, yakni bagaimana biaya hidup para korban selamat? Bagaimana pula keluarga korban yang meninggal dunia? Dan meminta solusi atas anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah di Sragen,” ujar Sugiyanto saat ditemui JIBI, Rabu siang (10/10/2018).
Dia menyampaikan ada korban yang hendak melanjutkan pendidikan di kelas II SMP di Sragen ternyata ditolak pihak sekolah dengan alasan tidak ada kursinya.
Dia mengatakan padahal mereka generasi muda yang membutuhkan masa depan lewat pendidikan. Dia meminta ada kebijakan dari Pemkab Sragen bagi para korban Palu agar bisa mengakses pendidikan.
Dia mencatat sebanyak 7-8 orang yang belum ditemukan rimbanya dan diduga meninggal dunia serta empat orang dari 92 orang itu mengalami luka-luka.
“Pak Sekda akan mengakomodasi keinginan para korban Gempa Palu. Pak Sekda akan memverifikasi data para korban dulu karena ada delapan orang yang informasi bukan korban Palu. Nanti setelah data korban sudah valid akan dikumpulkan untuk bertemu Bupati,” tuturnya.
Suparno Widodo, korban gempa Palu asal Gabus Wetan, Gabus, Ngrampal, Sragen, mencatat jumlah korban yang belum ditemukan atau menghilang sebanyak sembilan orang, yakni dari Gabus Ngrampal, tujuh orang dan dari Klitik Karangtengah, Sragen, sebanyak dua orang. Kemudian korban yang luka-luka, sebut dia, tiga orang dari Asem Jajar Kedungupit Sragen dan dua orang dari Cumpleng Tangkil, Sragen.
Suwarno, 40, korban gempa Palu asal Ngagle RT 017/RW 016, Tenggak, Sidoharjo, Sragen, bersyukur karena selamat bersama istri dan empat orang keluarganya.
“Saat gempa itu, kami enam orang terjebak di rumah. Saat mau berdiri jatuh lagi terus-terusan. Akhirnya, kami berjalan merangkak keluar rumah. Saya merangkak bersama anak saya yang berumur tiga tahun. Akhirnya, kami selamat. Kami pulang ke Sragen dengan menaiki pesawat Hercules milik TNI,” tuturnya.