Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Ekspor DIY Meningkat Saat NYIA Beroperasi

Hadirnya New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo seharusnya menjadi momen yang bagus untuk menggenjot potensi ekspor di DIY.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI Rini Soemarno (kanan) meninjau pembangunan Terminal 1 Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo, DI Yogyakarta, Kamis (21/2/2019). Kunjungan tersebut guna melihat secara langsung sejauh mana perkembangan pembangunan bandara NYIA yang ditargetkan akan beroperasi pada bulan April mendatang./Antara-Andreas Fitri Atmoko
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI Rini Soemarno (kanan) meninjau pembangunan Terminal 1 Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo, DI Yogyakarta, Kamis (21/2/2019). Kunjungan tersebut guna melihat secara langsung sejauh mana perkembangan pembangunan bandara NYIA yang ditargetkan akan beroperasi pada bulan April mendatang./Antara-Andreas Fitri Atmoko

Bisnis.com, YOGYAKARTA – Hadirnya New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo seharusnya menjadi momen yang bagus untuk menggenjot potensi ekspor di DIY.

Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta Y Sri Susilo mengatakan secara teori peluang ekspor DIY akan meningkat dengan kehadiran bandara baru. Namun, fakta saat ini, ekspor saat ini terutama produk-produk UMKM masih sangat tergantung pihak ketiga di luar DIY seperti melalui Semarang, Surabaya, Bali, Jakarta dan sebagainya.

"Peluang adanya NYIA ini tidaklah mudah. Pasalnya, memang sebagian besar pelaku UMKM di DIY tidak sebagai eksportir, tetapi masih minta bantuan eksportir lain. Artinya UMKM di DIY belum banyak yang menjadi eksportir," kata dia.

Ia mengatakan UMKM sendirilah yang harus menjadi eksportir, bukan melalui pihak ketiga atau melalui perantara eksportir lain. Selain itu, harus ada eksportir DIY yang bisa membantu UMKM untuk naik kelas menjadi eksportir.

Ini berarti kehadiran bandara baru tidak bisa langsung dimanfaatkan seketika untuk mendongkrak ekspor DIY. Namun, masih ada proses untuk mempersiapkan pelaku UMKM DIY siap merambah pasar asing.

"Saya yakin di antara ratusan pengusaha di DIY yang sudah menangkap peluang sebagai eksportir juga ada," kata dia.

Ia menggarisbawahi upaya untuk menghubungkan eksportir DIY dengan UMKM yang belum siap menjadi eksportir mandiri sangat penting. Selain itu, untuk meningkatkan ekspor di DIY juga perlu dilihat upaya memudahkan eksportir komoditas utama yang ada di DIY seperti perusahaan tekstil, kulit, mebel, dan kerajinan.

"Angka atau nilai ekspor di DIY kemungkinan bisa meningkat bagi eksportir yang sudah ada. Mereka berpeluang besar mendapatkan kemudahan fasilitas dan memangkas jalur distribusi dengan kehadiran bandara baru di DIY. Biaya logistik akan lebih terjangkau," kata dia.

Transportasi udara masih sangat dibutuhkan karena memudahkan pengiriman logistik terutama yang berskala ekspor. Kehadiran NYIA untuk meningkatkan ekspor bisa direalisasikan apabila ada aksi untuk menyiapkan UMKM DIY sebagai eksportir yang semula hanya menjadi produsen harus di latih menjadi eksportir dalam jangka panjang. Untuk jangka pendek, harus ada eksportir dari DIY yang siap membantu UMKM atau menjadi orang tua asuh bagi UMKM.

Jika pelaku UKMK menjadi eksportir akan memberikan nilai tambah karena rantai distribusinya lebih pendek. Termasuk menekan biaya logistik, biaya gudang, atau tempat penyimpanan. Selain itu, ada peluang menggenjot pertumbuhan sektor lainnya seperti pariwisata karena peluang paling besar adalah sektor pariwisata dan turunannya.

Sementara, Pakar Ekonomi yang juga Rektor Universitas Widya Mataram Prof Edy Suandi Hamid mengatakan pelaku UMKM di DIY perlu diberikan stimulus atau rangsangan agar bisa meningkatkan kapasitas dan mendapatkan fasilitas untuk masuk dalam NYIA. Upaya tersebut untuk mendorong agar UMKM DIY bisa menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri sekaligus mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi dengan mengekspor langsung ke berbagai negara yang mempunyai penerbangan langsung ke DIY.

Ia mengatakan rencana pembangunan bandara baru di DIY sudah lama diketahui dan mulai dioperasionalkan minimum April 2019. "Hal ini harus diantisipasi semua pihak, semisal otoritas bandara sendiri harus melihat siapa maskapai penerbangan yang diizinkan mendarat di bandara baru tersebut contohnya dari Singapura, Jepang, Korea Selatan dan sebagainya," kata dia.

Dari sisi ekspor, eksportir di DIY juga harus disiapkan dan sudah harus mulai berkomunikasi dengan calon-calon pembeli agar mereka bisa ekspor secara langsung. Jika pengusaha di DIY sudah mengantongi surat izin ekspor, mereka harus siap melakukan pendekatan kepada pembeli dari sekarang sebelum NYIA dibuka. "Jangan begitu bandara mau operasional, eksportir DIY baru sibuk dan bersiap-siap," kata dia.

Dewan Pakar ISEI Cabang Yogyakarta ini mengungkapkan Pemda DIY dan Kamar Dagang Industri (Kadin) juga harus bersiap. Pelaku UMKM DIY sendiri juga harus diberikan stimulus agar bisa masuk ke bandara baru tersebut.

Menurutnya, harus ada yang mengatur supaya produk-produk UMKM DIY bisa masuk ke NYIA. "Agar produk UMKM DIY bisa diekspor langsung dan tidak melalui perantara sehingga bisa memotong mata rantai distribusi perdagangan," tambah.

Ketika produk UMKM DIY bisa diekspor langsung otomatis akan menambah margin keuntungan penjualan mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Sumber : JIBI/Harian Jogja
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper