Bisnis.com, SEMARANG - Laksana, perusahaan karoseri bus di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah mengimplementasikan keamanan kursi penumpang sesuai standar global. Hal ini bertujuan meningkatkan keamanan dan kepercayaan penumpang sekaligus memperkuat posisi perusahan di pasar global.
Dalam memenuhi komitmen menyediakan sarana transportasi massal yang aman dan terpercaya, Laksana terus berupaya melakukan inovasi. Pada 2019, perusahaan melakukan implementasi standar uji keselamatan UN ECE-R80 pada kekuatan kursi.
UN ECE-R80 seat and anchorage strength test merupakan standar pengujian kendaraan yang berlaku di negara-negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC). Setelah pada 2018 menerapkan uji guling, kali ini Laksana menerapkan standar uji kekuatan kursi untuk penumpang.
“Tujuan utama kami ialah menyediakan kendaraan yang aman bagi penumpang. Di sisi lain, inovasi ini memperkuat posisi kami di pasar global,” tutur Direktur Teknik Laksana Stefan Arman dalam acara perkenalan Uji Standar UN ECE-R80 di pabrik Laksana, Kamis (11/7/2019).
Sejumlah kecelakaan bus yang membuat jatuh korban di antaranya disebabkan oleh kondisi kursi yang kurang aman. Pada 21 Agustus 2013 misalnya, kecelakaan bus di Cisarua Puncak, Bogor, membuat kursi penumpang terlepas dari lantai bus. Akibatnya, 20 orang meninggal dan 34 orang luka-luka.
Selanjutnya, pada 8 September 2018 di Cikidang, Sukabumi, kecelakaan menyebabkan 30 dari 32 kursi bus terlepas dari lantai. Musibah ini menyebabkan 21 orang meninggal dan 17 orang luka-luka.
Baca Juga
Stefan menyampaikan, penjualan ekspor pada tahun ini ditargetkan mencapai 20 unit, dengan perincian Bangladesh 14 unit dan Fiji 6 unit. Sebelumnya, pada 2018 Laksana bisa mengekspor 40 unit bus ke Fiji. Namun, kondisi ekonomi negara tersebut sedang kurang baik, sehingga permintaan bus ikut menurun.
Ke depannya, Laksana juga mengincar pasar Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, karena bus di sana kerap digunakan Jemaah haji dari Indonesia. Namun, hal ini tentunya butuh persiapan panjang, baik dari sisi regulasi maupun kebutuhan pasar setempat.
“Masuk ke pasar ekspor tidak mudah, karena harus menyesuaikan dengan regulasi setempat dan juga kenyamanan masyarakat di sana,” imbuhnya.
Sebagai contoh, bus di Timur Tengah menggunakan setir di sebelah kiri, berbeda dari Bangladesh dan Fiji yang posisinya di sebelah kanan. Oleh karena itu, Laksana perlu bekerja sama dengan APM agar dapat menyediakan chassis yang sesuai.
Direktur Sarana Transportasi Jalan Kementerian Perhubungan Sigit Irfansyah menyampaikan, keselamatan merupakan keutamaan yang harus dipegang dalam industri transportasi. Diharapkan penelitian dan pengujian yang dilakukan Laksana juga dapat dilaksanakan oleh produsen bus lainnya.
“Saya berharap hasil riset ini bisa dibagi, agar juga digunakan bus-bus lain,” tuturnya.
Dia pun berharap, Laksana dapat masuk ke pasar Timur Tengah, karena banyak masyarakat Indonesia yang bertandang ke sana. Secara kualitas, menurutnya, kualitas bus-bus domestik dapat bersaing dengan pemain setempat.