Bisnis.com, SEMARANG—Pemerintah Provinsi Jawa Tengah angkat bicara mengenai permasalahan utang yang mendera perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Duniatex Group.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah Arif Sambodo mengungkapkan, permasalahan yang terjadi di Duniatex Group tidak menggambarkan kondisi industri TPT Jateng yang cenderung bertumbuh.
“Duniatex ini jangan-jangan salah strategi melakukan proyeksi. Jadi, gejala yang terjadi di Duniatex tidak menggambarkan industri TPT di Jateng secara umum,” tuturnya kepada Bisnis, Selasa (23/7/2019).
Mengutip data BPS, pada Januari—Mei 2019, nilai ekspor TPT Jateng mencapai US$1.541,88 juta, tumbuh 6,44 persen year on year (yoy) dari periode yang sama pada tahun sebelumnya senilai US$1.448,64 juta.
Dalam 5 bulan pertama 2019, TPT berkontribusi terhadap 43,12 persen total ekspor Jateng. Kontribusi tersebut meningkat dari rata-rata 2018 sebesar 43,09 persen.
Dia pun mengklaim utilisasi pabrik TPT di Jateng masih cukup tinggi seiring dengan meningkatnya permintaan, terutama untuk pasar ekspor.
Baca Juga
Seperti diketahui, perusahaan tekstil yang berbasis di Karanganyar, Duniatex Group, mengalami permasalahan utang. Anak usahanya, PT Duta Merlin Dunia Textile (DMDT) dikabarkan gagal membayar bunga dan pokok surat utang dengan total nilai US$11 juta, yang jatuh tempo pada 10 Juli 2019.
Nilai obligasinya sendiri mencapai US$300 juta dengan tenor 5 tahun dan kupon 8,625 persen. Surat utang itu diterbitkan pada Maret 2019.
Selain itu, DMDT juga menarik kredit sebesar Rp5,25 triliun dan US$362,3 juta pada 2018 dari sejumlah perbankan. Bahkan menurut sumber Bisnis, sejumlah bank tengah merestrukturisasi utang Duniatex Group senilai Rp17 triliun.
Menurut keterangan di situs perusahaan, Duniatex adalah produsen tekstil terbesar di Indonesia, yang berfokus pada pemintalan, pertenunan, pencelupan, dan finishing. Perusahaan ini terdiri dari 18 perusahaan terbatas (PT), tersebar di beberapa lokasi dengan luas lahan lebih dari 150 hektar.
Duniatex telah mencapai Sertifikasi Standar Mutu ISO: 9001: 2000 dengan dukungan lebih dari 40.000 pekerja. Pelanggan perusahaan tersebar di beberapa negara di empat benua yang berbeda, yakni Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika.