Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham SIDO Capai Level Tertinggi Sepanjang Sejarah

Saham emiten PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) mencapai level tertinggi sepanjang sejarahnya sejak menjadi perusahaan terbuka.
Pameran produk bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, serta produk nutrisi dan kesehatan pada CPhI South East Asia dan Hi South East Asia 2017 di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Pameran produk bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, serta produk nutrisi dan kesehatan pada CPhI South East Asia dan Hi South East Asia 2017 di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, SEMARANG—Saham emiten PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) mencapai level tertinggi sepanjang sejarahnya sejak menjadi perusahaan terbuka.

Pada perdagangan Jumat (16/8/2019), saham SIDO naik 45 poin atau 3,98 % menjadi Rp1.175. Ini menjadi level tertinggi sepanjang sejarah perseroan.

Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp17,63 triliun, dengan Price to Earning Ratio (PER) 23,50 kali. SIDO resmi menjadi perusahaan terbuka pada 18 Desember 2013.

Saat itu, perusahaan menawarkan 1,5 miliar saham di harga Rp580 per lembar. Dengan demikian, total raihan dana IPO mencapai Rp870 miliar.

Sepanjang tahun berjalan, saham SIDO naik 39,88%. Dalam jangka yang lebih panjang, yakni 3 dan 5 tahun terakhir, harga sahamnya masing-masing tumbuh 121,70% dan 38,24%.

Pada hari ini, investor asing melakukan net buy saham SIDO sebesar Rp383,45 miliar. Namun, sepanjang 2019 investor asing cenderung net sell senilai Rp39,44 miliar.

Kinerja saham SIDO sejalan dengan kinerja fundamental keuangan dan operasional perseroan. Pada semester I/2019, perusahaan membukukan pendapatan Rp1,41 triliun, tumbuh 10,67% year on year (yoy) dari semester I/2018 senilai Rp1,27 triliun.

Laba bersih meningkat lebih tajam, yakni 28,22% yoy menjadi Rp374,12 miliar dari sebelumnya Rp291,77 miliar. Marjin laba bersih (Net Profit Margin/ NPM) pun naik menuju 26,53% dari semester I/2018 sebesar 22,89%.

Pertumbuhan NPM SIDO per Juni 2019 terbilang wajar. Pasalnya, beban pokok penjualan pada semester I/2019 hanya naik 2,11% yoy menuju Rp651,92 miliar dari sebelumnya Rp638,46 miliar.

Kepala Bagian Humas Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Bambang Supartoko menyampaikan, setiap sebulan sekali perusahaan mengadakan rapat untuk mengevaluasi kinerja operasional. Salah satu tujuan rapat ialah mengefisienkan pos-pos dalam tahap produksi dan distribusi.

Satu pos yang paling memakan banyak biaya operasional ialah energi. Oleh karena itu, SIDO memanfaatkan limbah hasil olahan sebagai bahan bakar Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Saat ini, dengan pemanfaatan pengolahan limbah hasil olahan jamu, kita bisa menghemat pemakaian bahan baku energi hingga 50%. Ini sangat signifikan mengefisienkan operasional,” tuturnya saat Bisnis berkunjung ke pabrik SIDO di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (15/8/2019).

Limbah hasil produksi dapat berupa barang cair dan padat. Yang cair diolah menjadi biomassa, sedangkan yang padat dibentuk menjadi briket dan palet kayu.

Hasilnya sangat memuaskan, karena kalori yang dihasilkan briket dan palet kayu mencapai 4.400 Kcal/kg, sedangkan biomassa 3.500—3.700 Kcal/kg. Pembakarannya pun 100% menjadi energi, berbeda dengan batu bara yang hanya 80%.

Sebagai perbandingkan, batu bara untuk PLTU biasanya menggunakan daya 4.200 Kcal/kg. Namun, penggunaan EBT tentunya jauh lebih ramah lingkungan, sehingga diharapkan dapat mendukung SIDO mendapatkan penghargaan Proper Emas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper