Bisnis.com, SOLO - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (FEB UNS) akan membuka program Sarjana (Strata 1) Teknologi Finansial (Tekfin) pada 2020.
Dekan FEB UNS Djoko Suhardjanto menyampaikan perkembangan ekonomi digital begitu kencang dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya ditunjukkan dengan maraknya kemunculan perusahaan tekfin.
Untuk bertranformasi sesuai perkembangan zaman, FEB UNS berencana membuka program Sarjana Tekfin pada tahun depan. Proses studi kelayakan sudah dilakukan dan sedang mengurus pengesahan.
“Tahun depan kami akan buka S1 fintech. Proses studi kelayakan sudah, OJK [Otoritas Jasa Keuangan] juga mendukung penuh,” ujarnya kepada Bisnis, di sela-sela acara pengukuhan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso sebagai Guru Besar FEB UNS, Senin (26/8/2019).
Saat ini FEB UNS menjalankan 13 program studi, dengan perincian 6 program Diploma 3, 3 program Sarjana 1, 3 program Magister, dan 1 program Doktor. Program studi tersebut mendapatkan akreditas A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT).
Djoko meyakini, program studi fintek nantinya akan memiliki banyak peminat. Pasalnya, jurusan itu akan mengombinasikan berbagai ilmu dan realita kebutuhan saat ini.
Baca Juga
Dalam menjawab tantangan perkembangan zaman, UNS juga sudah melakukan penyesuaian sejumlah kurikulum. Sebagai contoh, kurikum marketing dimodifikasi menjadi e-marketing.
Terkait pengukuhan Wimboh sebagai Guru Besar tidak tetap bidang ilmu Manajemen Risiko pada FEB UNS yang pertama, Djoko berharap hal tersebut dapat memperkuat keilmuan UNS.
“Harapannya bisa memperkuat FEB UNS, khususnya di bidang manajemen risiko. Ilmu [manajemen risiko] ini kan langka. Selain itu, Pak Wimboh berpengalaman sebagai akademisi, pelaku usaha, dan juga otoritas,” imbuhnya.
Dalam pengkuhannya, Wimboh menyampaikan pidato berjudul Revolusi Digital: New Paradigm di Bidang Ekonomi dan Keuangan. Dia menjelaskan gambaran perlunya pendekatan baru dalam melihat proyeksi ekonomi, di era kemajuan teknologi yang sangat pesat.
Wimboh berharap, pengukuhannya sebagai Guru Besar tidak tetap FEB UNS dapat membantu sinergi antara praktisi, pemerintahan, dan akademisi. Sinergi ini diperlukan untuk mengentaskan berbagai permasalahan dan mencari solusi sesuai perkembangan zaman.
“Dengan adanya sinergi, pendekatan keilmuan dapat memberikan berbagai opsi penyelesaian masalah untuk policy maker,” tuturnya.
Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF) 2013—2015 ini juga mendorong agar perguruan tinggi mengundang para praktisi untuk mengajar dan melakukan penelitian. Dengan demikian, keilmuan yang dipelajari selalu relevan dengan kondisi industri.