Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kudus Jadi Kabupaten dengan Inflasi Tertinggi di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2019 Kabupaten Kudus mengalami inflasi sebesar 0,82% (month on month/ mom) dari bulan sebelumnya. Pencapaian tersebut menjadi inflasi tertinggi di antara kota/kabupaten lainnya di Indonesia.
Pedagang melayani pembeli buah kolang kaling/ANTARA-Maulana Surya
Pedagang melayani pembeli buah kolang kaling/ANTARA-Maulana Surya

Bisnis.com, SEMARANG—Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2019 Kabupaten Kudus mengalami inflasi sebesar 0,82% (month on month/ mom) dari bulan sebelumnya. Pencapaian tersebut menjadi inflasi tertinggi di antara kota/kabupaten lainnya di Indonesia.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono menyampaikan, Kudus pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi di Kudus pada Agustus 2019 mencapai 0,82%, tertinggi secara nasional.

“Di tingkat nasional, inflasi Kudus paling tinggi, ini perlu mencapat perhatian,” tuturnya, Senin (2/9/2019).

Penyebab tingginya inflasi di Kudus secara berurutan adalah kenaikan harga cabai rawit, beras, cabai merah, dan biaya pendidikan. Kendati sekolah negeri digratiskan, biaya pendidikan itu mencakup uang komite, seragam, dan buku.

Selain itu, pos biaya pendidikan juga mencakup periode penerimaan siswa bimbingan belajar. Momentum inilah yang mengerek kenaikan harga, sehingga mendorong inflasi.

“Biaya pendidikan ini juga terkait permintaan musiman, saat sedang tinggi makanya harga naik,” imbuhnya.

Dia menegaskan, inflasi Kudus tidak terlalu dipicu oleh harga rokok. Sebagai informasi, Kudus merupakan salah satu daerah penghasil rokok yang menaungi 57 pabrik, termasuk PT Djarum.

Sementara itu, tingkat inflasi Jawa Tengah pada Agustus 2019 mencapai 0,33% mom, dan 3,37% secara tahunan (year on year/yoy). Bahan makanan menjadi kontributor utama inflasi secara tahunan, yakni dengan kenaikan sebesar 6,44% yoy.

“Bahan makanan mengalami inflasi terbesar, yakni 6,44% yoy. Padahal komponen lain inflasinya hanya sekitar 2%-3%,” ujarnya.

Menurut Sentot, faktor utama yang menyebabkan inflasi di bahan makanan ialah distribusi dan musim. Ketika terjadi banjir ataupun kekeringan, suplai berkurang dan permintaan masih tumbuh, sehingga harga naik.

Di sisi lain, komoditas beras dan cabai bergantung masa panen. Ketika panen raya lewat, suplai kembali menipis dan mendongkrak harga jual.

Oleh karena itu, untuk mengendalikan dan menjaga inflasi Jateng secara keseluruhan, faktor penting yang harus diperhatikan ialah mengontrol sisi pasokan bahan makanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper