Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Macan Tutul Lawu Mati di Taman Jurug karena Sakit

Penyebab kematian macan tutul Gunung Lawu yang dititipkan di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau Solo Zoo akhirnya terungkap.
Macan tutul gunung Lawu yang dipindahkan ke TSTJ beberapa waktu lalu./JIBI-SOLOPOS-Sunaryo Haryo Bayu
Macan tutul gunung Lawu yang dipindahkan ke TSTJ beberapa waktu lalu./JIBI-SOLOPOS-Sunaryo Haryo Bayu

Bisnis.com, SOLO — Penyebab kematian macan tutul Gunung Lawu yang dititipkan di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau Solo Zoo akhirnya terungkap. Hewan berjenis kelamin betina yang berumur dua taunan itu diketahui menderita sakit komplikasi.

Kepala Seksi Konservasi Wilyah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, Titi Sudaryanti, mengatakan dari hasil autopsi, macan tersebut mengalami kanker paru-paru dan radang organ dalam.

“Tapi saya enggak mengetahui penyebab penyakit itu apa ya, karena bukan dokter hewan,” kata dia kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Jumat (6/9/2019).
Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah (Perusda) TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santosa, membenarkan informasi tersebut. Ia merinci penyakit radang itu menyerang limpa, ginjal, dan hati.

“Ya, kami sudah maksimal merawat macan tutul tersebut, sesuai prosedur yang ada. Logika sederhana, satwa yang ada semua dirawat dengan baik, tapi hukum alamnya pasti ada yang sakit dan lahir di Solo Zoo,” kata dia, dihubungi terpisah.

Saat ini bekas kandang macan tutul masih dikosongkan. Pintu pemisah antara kandang tersebut dengan kandang harimau Sumatra di sebelahnya untuk sementara dibuka.

“Ke depan akan kami isi harimau benggala dari Semarang Zoo. Saat ini masih dalam proses administrasi. Kalau ke depan ada titipan lagi dari masyarakat atau BKSDA, kami juga masih memiliki sejumlah kandang kosong,” ucapnya.

Sebagai pengingat, macan bernama latin Panthera pardus melasitu tertangkap di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar, akhir Desember 2018. Perangkap yang dipasang BKSDA berhasil menangkap hewan nokturnal itu setelah beberapa pekan memangsa hewan ternak warga.

Sejumlah pihak sempat meminta agar hewan tersebut dikembalikan ke habitatnya, salah satunya Forum Rakyat Peduli Gunung Lawu. Wacana mengawinkan macan yang mati pada Kamis (25/7) itu juga sempat mencuat.

Di saat yang sama, BKSDA pun pernah melakukan assesment pelepasliaran. Mereka melakukan pendataan, survei habitat, dan penentuan posisi titik pelepasliaran. Beberapa yang menjadi perhatian di antaranya ketersediaan pakan, populasi sejenis liar, kompetitor, dan keamanan dari gangguan manusia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Sumber : JIBI/Solopos
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper